JAKARTA – Gerakan Nasional Satu Juta Surya Atap (GNSSA) diklaim dapat mendukung pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Dengan perkembangan harga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) global yang makin menunjukkan tren kompetitif, maka diyakini target satu juta pemasangan PLTS Atap dapat tercapai.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, mengungkapkan GNSSA Atap telah memperkenalkan kepada masyarakat energi bersih dan ramah lingkungan.

“Keberadaan GNSSA akan menumbuhkan industri barang dan jasa domestik terkait pengadaan PLTS,” kata Rida dalam diskusi virtual, baru-baru ini.

Hariyanto, Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan pihaknya tengah menginventarisasi pemanfaatan atap untuk instalasi PLTS Atap. Inventarisasi tidak hanya di gedung hunian tapi juga gedung komersial, seperti hotel, rumah sakit, dan gedung perkantoran, bandara, pelabuhan, pergudangan.

“Hasilnya, sementara ini cukup besar potensi yang bisa diterapkan untuk surya atap,” kata Hariyanto.

Pemerintah juga tengah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait agar upaya ini segera terealisasi.

“Mudah-mudahan kalau itu bisa terlaksana ini bisa memecahkan telur sejuta atap tadi, karena yang kita desain adalah 500 ribu hingga satu juta atap untuk tahun pertama untuk perencanaannya,” kata dia.

Haryanto mengungkapkan pemerintah optimistis target satu juta atap bisa terealisasikan mengingat aturan-aturan terkait dengan penyempurnaan-penyempurnaan dari penggunaan EBT dan harga yang cukup kompetitif.

Data yang dihimpun Ditjen EBTKE menunjukkan, biaya PLTS dalam kurun waktu 10 tahun (2010 – 2019) mengalami penurunan paling tajam, yakni sekitar 82%. Bahkan, biaya listrik dari PV surya skala utilitas turun 13% tahun-ke-tahun, mencapai sekitar tujuh sen (USD 0,068) per kiloWatt-hour (kWh) pada 2019.

Hariyanto menambahkan, sosialisasi penggunakan energi hijau akan terus digaungkan untuk lebih memotivasi masyarakat beralih dari energi konvensional.

Dalam tiga tahun sejak GNSSA diluncurkan, jumlah pelanggan PT PLN (Persero) pengguna PLTS Atap meningkat dari 268 pelanggan pada 2017 menjadi lebih dari 2.346 pelanggan pada pertengahan tahun 2020. Adapun total kapasitas PLTS Atap tersebut mencapai 11,5 Mega Watt (MW).

GNSAA dideklarasikan pada 17 September 2017 oleh Kementerian ESDM bersama para pegiat energi surya, gerakan ini telah menjadi salah satu kendaraan pemersatu pembuat kebijakan, pelaku, dan pemangku kepentingan energi surya untuk menciptakan suatu kolaborasi. Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengeluarkan Permen ESDM Nomor. 49/2018 yang menjadi payung hukum pengguna PLTS Atap, kemudian melakukan revisi untuk menurunkan biaya paralel bagi pelanggan industri.

“Untuk energi surya ini, kami dari pemerintah berkeyakinan target tersebut bisa direalisasikan karena harganya kompetitif, bisa digunakan sebagai cost recovery di masa pandemi dan padat karya,” tandas Hariyanto.(RA)