Saka Energi, anak usaha PGN, tercatat mempunyai hak partisipasi di delapan wilayah kerja migas.

JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk membuka opsi melepas PT Saka Energi Indonesia, anak usahanya di sektor hulu migas, lantaran ingin fokus di bisnis midstream dan downstream gas. Hal ini seiring dengan status PGN yang menjadi subholding gas dibawah naungan PT Pertamina (Persero) sebagai holding BUMN migas.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan dua ops tengah dikaji manajemen, yakni melepas saham Saka Energi ke publik melalui mekanisme IPO (Initial Public Offering) atau menyerahkan melalui proses akuisisi kepada Pertamina untuk kemudian dijadikan anak usaha di sektor hulu.

“Kalau dijual apa harus 100%, kan bisa saja 30%, 50% atau 70%, itu yang lagi dihitung,” kata Rachmat di Jakarta, Kamis (18/10).

Saka Energi tercatat mempunyai hak partisipasi (participating interest) pada delapan aset atau wilayah kerja (WK) migas. Kesembilan WK migas tersebut adalah Blok Pangkah, South Sesulu, Bangkanai, West Bangkanai, Ketapang , Muriah, Muara Bakau dan Lapangan Fasken di Texas, Amerika Serikat.

Bahkan, Saka juga secara resmi telah mendapatkan WK migas baru hasil lelang 2017, yakni WK West Yamdena dan Pekawai.

Menurut Rachmat, manajemen PGN terus berkoordinasi dengan pemerintah dan Pertamina, apabila opsi yang akan dipilih adalah Saka diakuisisi oleh Pertamina. Hanya saja concern dari kedua manajemen adalah apabila Saka jadi bagian Pertamina tidak sampai menambah beban, lantaran Pertamina juga sudah mendapatkan lebih dari delapan WK migas terminasi baik yang habis di 2018 ataupun 2019.

“Itu kan sama saja mendapat tambahan WK baru, 2018 saja dapat delapan WK baru. Kalau akuisisi Saka, sama saja menambah WK lagi. Jadi lihat juga kesanggupan dari sisi Pertamina dari sisi pengelolaan dan finansial, makanya lagi dikaji. Masih terbuka luas opsinya,” ungkap dia.

Rachmat mengatakan sambil menunggu hasil kajian, Saka tetap berada dalam penguasaan PGN, akan tetapi mulai sekarang berbagai kegiatan Saka harus dikoordinasikan dengan Pertamina.

“Kami koordinasi, supaya nanti inline sama rencana mereka (Pertamina). Kalau tidak kayak begitu nanti, begitu kedepan diambil Pertamina kan tidak sinergi. Jadi sekarang kami sudah koordinasikan, jadi bisa memberikan gambaran ke Pertamina,” kata Rachmat.(RI)