JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan pembahasan harga gas Blok Sakakemang bisa tuntas tahun ini, sehingga proses pengembangan blok tersebut bisa dilanjutkan.

Jika sudah selesai maka Repsol diharapkan bisa langsung menyodorkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Sakakemang pada tahun ini.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengakui proses pembahasan harga gas yang akan menjadi patokan utama dalam keekonomian proyek masih berlangsung. Repsol dan pemerintah yang sedang berunding diharapkan akan segera menemui jalan keluar atas kondisi yang ada.

“Iya dong (tahun ini PoD), harus ada solusinya. Kan harga gasnya tergantung dari keekonomian,” kata Dwi, Jumat (7/8).

Dwi menambahkan penetapan harga gas tentu tergantung dari investasi yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu proyek. Apabila investasi tersebut bisa ditekan maka tentu harga gasnya juga bisa diturunkan.

“Keekonomian tergantung investasi. kalau investasi bisa efisien harga bisa ditekan. Itu yang kami cari dan kalau toh ini investasi mentok di harga sekian, nanti harga keekonomian gasnya saya yakin masih ada. Seharusnya enggak sampai US$7 per MMBTU,” ungkap Dwi.

SKK Migas mendorong agar Repsol bisa melakukan integrasi dengan ConocoPhillips kontraktor lapangan Grissik, Blok Corridor yang letaknya tidak jauh dari Sakakemang. Apalagi Repsol juga memiliki hak partisipasi di Corridor sehingga integrasi penggunaan fasilitas pengolahan gas sangat dimungkinkan. Itu juga yang membuat pemerintah Indonesia optimistis gas Sakakemang bisa diproduksikan pada 2021 mendatang.

Namun masalah harga gas menjadi masalah cukup serius. Karena di sisi lain pemerintah sudah terlanjur menerbitkan regulasi tentang ketentuan harga gas maksimal bagi industri tertentu dan pembangkit listrik maksimal sebesar US$6 per MMBTU. Industri dan pembangkit listrik merupakan dua konsumen utama gas pipa maupun LNG di tanah air. Tentu gas Sakakemang-pun diproyeksikan untuk memasok kebutuhan dua konsumen tersebut.

Arief S Handoko, Deputi Keuangan dan Motetisasi SKK Migas, mengungkapkan dalam pembahasan harga gas, pihak Repsol mengusulkan harga gas masih diatas US$7 per MMBTU. “Kontraktor ingin keekonomian diatas US$7 per MMBTU,” ujarnya.

Dia menuturkan bahwa harga keekonomian menurut kontraktor dalam hal ini Repsol berbeda dengan harga yang coba kita bisa jual di indonesia.

“Apalagi kita ketahui sudah terbit aturan regulated gas price kita batasi harga gas sampai plant gate US$6 per MMBTU industri-industri sesuai perpres, mau gamau ngga boleh lebih dari US$6 per MMBTU,” tegas Arief.(RI)