JAKARTA – Selain PetroChina dan Jadestone Energy, PT Pertamina (Persero) juga menggandeng PT Karunia Utama Perdana, Opicoil Houston Inc dan PT GHJ SES Ltd sebagai mitra untuk mengelola blok-blok terminasi. Nama Karunia Utama dan GHJ mencuat menyingkirkan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) dan PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang sebelumnya intensif bernegosiasi dengan Pertamina.

Pri Agung Rakhmanto, Ketua I Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengaku belum pernah mendengar kedua nama perusahaan yang akan berpartner dengan Pertamina tersebut. Padahal, dalam industri hulu migas, pengelolaan blok atau wilayah kerja tidak bisa sembarangan diserahkan kepada perusahaan yang belum mempunyai rekam jejak atau pengalaman di bidang eksplorasi dan produksi.

Dia mengkhawatirkan jika kedua perusahaan itu tidak bonafid dan tidak kredibel di hulu migas dan hanya menjadi partner pasif yang membebani Pertamina.

“Satu lagi jangan sampai hal-hal penentuan mitra seperti ini juga menjadi sarana untuk praktek seperti “papa minta saham”,” kata Pri kepada Dunia Energi, Kamis (5/4).

Dalam rapat dengar pendapat antara Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Komisi VII DPR, Rabu (4/4), terungkap Pertamina di blok Sanga Sanga akan bersanding dengan Karunia Utama Perdana dan Opicoil Houston yang memiliki hak partisipasi (participating interest/PI) di blok tersebut. Namun tidak ada nama Saka Energi ataupun kontraktor lain seperti LASMO Sanga-Sanga, Virginia International Co serta Universe Gas&Oil Company Inc

Pemerintah melalui Menteri ESDM sebelumnya telah menetapkan pembagian PI di blok Sanga Sanga masing-masing 67,5% untuk Pertamina, BUMD 10% dan badan usaha eksisting yang berminat 22,5% dengan perincian PT Karunia Utama Perdana sebesar 13,72% dan Opicoil sebesar 8,78%

Untuk di blok Southeast Sumatera (SES), tidak ada lagi nama CNOOC SES Ltd , Inpex Sumatera, CNOC Sumatera Ltd, Talisman UK Southeast Sumatera Ltd ataupun Risco Energy Pte Ltd yang merupakan para kontraktor atau perusahaan terdahulu. Pertamina hanya menggandeng satu partner yaitu PT GHJ SES Indonesia. GHJ merupakan kontraktor eksisting yang baru masuk menjelang berakhir kontrak CNOOC di SES pada September 2018.

Djoko Siswanto, Direktur Jendral Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan meskipun para partner di blok Sanga Sanga dan SES terdengar baru, pemerintah memastikan partner Pertamina untuk mengelola blok terminasi adalah para partner eksisting. Namun Ia tidak dapat membeberkan detail asal usul dua perusahaan tersebut.

“Sudah pasti itu eksisting. Tidak mungkin saya tanda tangan sesuatu untuk perusahaan baru,” kata Djoko.

Lebih lanjut Dia menambahkan sampai saat ini belum mengetahui alasan Saka Energi tidak lagi ikut berpartisipasi di blok Sanga Sanga.

“Kecuali ada perubahan tadi yang Sanga-Sanga, ada yang mundur, ada yang tetap. Tanya dong sama yang mundur kenapa,” tukas Djoko.

Amien Sunaryadhi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan dua perusahaan di Sanga Sanga dan SES adalah perusahaan migas swasta asal Indonesia. “Dua-duanya asal Indonesia, swasta,” tegas dia.

Amien menceritakan, untuk di blok SES misalnya, sebenarnya tidak hanya CNOOC, Inpex, Talisman dan Risco tapi juga ada Saka Energi serta PT GHJ SES Indonesia merupakan kontraktor eksisting yang membeli PI CNOOC menjelang kontrak berakhir. Jual beli PI dinilai sebagai hal lumrah dalam bisnis Migas.

SKK Migas sebelumnya sudah menanyakan kepastian keikutsertaan para kontraktor eksisting termasuk kepada CNOOC yang semula ada operator, namun perusahaan China itu menyatakan untuk tidak ikut serta.

“Ditanya mau ikut atau tidak, CNOOC katakan tidak, dia firm, Saka juga tidak, yang tersisa GHJ. Ini (SES) diberikan ke Pertamina, tapi Pertamina diminta ajak eksisting partner karena itu tadinya CNOOC ,Saka, GHJ kontrak baru Pertamina dan GHJ OK juga sama nah kontrak baru nanti PHE dan Jadestone (Ogan Komering),” tandas Amien.(RI)