JAKARTA– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, mencatatkan rata-rata investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi dalam sembilan tahun terakhir sebesar US$ 3,2 miliar (termasuk proyeksi 2018). Investasi sektor hulu terbesar terjadi pada 2013 saat Pertamina dipimpin oleh Galaila Karen Kardinah Agustiawan, yaitu sebesar US$ 5,3 miliar atau setara Rp74,2 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS) dan terendah pada 2011, yaitu sebesar US$ 1,8 miliar. Sedangkan pada 2018, investasi hulu diproyeksikan US$ 3,3 miliar.
Di tengah kecenderungan penurunan produksi minyak nasional, dengan aspirasi aggresive upstream, produksi migas Pertamina pada 2013 justru meningkat menjadi 465.220 boepd jika dibandingkan dengan capaian 2012 sebesar 461.630 boepd. Dengan peningkatan tersebut, Pertamina secara total tercatat sebagai produsen migas terbesar di Indonesia.
Pada 2013, realisasi produksi panas bumi mencapai 21,73 juta ton atau naik 38,5% dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 15,69 juta ton. Produksi tersebut terus meningkat seiring dengan target peningkatan kapasitas produksi.
“Sejak 2014 sampai sekarang produksi migas Pertamina terus meningkat,” ujar Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina.
Pada 2014, produksi minyak baru 270 ribu bopd dan gas 1.613 mmscfd, secara perlahan naik menjadi 278 ribu bopd dan 1.902 mmscfd pada 2015. Produksi terus naik menjadi minyak 312 ribu bopd dan gas 1.961 mmscfd pada 2016 dan 342 ribu bopd minyak dan 2.035 mmscd gas pada 2017. “Tahun ini, produksi minyak diproyeksikan dalam RKAP sebesar 400 ribu bopd dan gas 3.069 mmscfd,” ujar Syamsu.
Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina. (foto: dokumentasi Pertamina)
Dia menjelaskan produksi migas Pertamina diproyeksikan terus meningkat. Apalagi Pertamina telah memiliki program “Aspirasi Hulu 2030” yang memproyeksikan target pertumbuhan produksi hulu sebesar 9%, dengan target 2030 sebesar 2.137 juta boepd. “Ini terdiri atas produksi minyak sebesar 1,04 juta boepda dan produksi gas 1,037 juta boepd,” ujar Syamsu Alam di Jakarta.
Untuk tahun ini, hingga kuartal I, Pertamina mencatat kinerja hulu yang positif sepanjang kuartal I-2018. Produksi migas setara minyak sepanjang Januari-Maret 2018 tercatat sebesar 923 ribu boepd yang terdiri atas minyak 386 ribu bopd dan gas 3.115 mmscfd.
Dari capaian tersebut produksi minyak naik 14% dibandingkan periode sama 2017, yang terealisasi sebesar 337 ribu bopd dan produksi gas naik sebesar 55% dibandingkan periode sama 2017 sebesar 2.007 mmscfd. Total dana investasi yang dkeluarkan sepanjang kuartal I 2018 untuk sektor hulu sebesar US$ 247 juta, lebih dari 50% dari realisasi investasi Pertamina sebear US$ 442 juta.
“Capaian kinerja hulu yang positif itu merupakan kerja keras seluruh insan Pertamina dalam upaya meningkatkan produksi,” katanya.
Di sektor panas bumi (geothermal), lanjut Syamsu, Pertamina juga menunjukkan kinerja positif. Pada kuartal I-2018, produksi panas bumi setara listrik mencapai 959 GWh atau naik tipis sebesar 1% dibandingkan realisasi kuartal I-2017 sebesar 949 GWh.
Sementara itu, kapasitas terpasang panas bumi Pertamina hingga kuartal I-2018 mencapai 617 MW atau masih sama dengan posisi pada 2017.
“Saat ini, proyek geothermal Lumut Balai Unit 1 dalam tahap EPC (Engineering, Procurement, and Construction) dan dijadwalkan on stream kuartal IV 2018,” jelas Syamsu.
Syamsu menjelaskan, sejumlah program prioritas sektor hulu pada 2018. Di sisi produksi, program prioritasnya antara lain mempertahankan produksi migas Blok Mahakam dengan mengembangkan Lapangan Tunu Shallow Phase 4, Handil Phase 5, dan Tambora Phase 5.
Selain itu, Pertamina akan menaikkan produksi lapangan Banyu Urip, menurunkan decline rate dengan membor 108 sumur, well services, termasuk program reaktivasi lapangan, serta optimalisasi operasi panas bumi Ulubelu, Kamojang, dan Lahendong.
Sedangkan proyek-proyek hulu yang menjadi program prioritas pada 2018 antara lain panas bumi Karaha dan Lumut Balai, gas Jambaran Tiung Biru, dan pengembangan proyek PIEP PLN Phase IV untuk menambah produksi migas dari internasional.
Terkait akuisisi migas, Syamsu mengatakan, pemerintah telah memutuskan 100% hak kelola atau participating interest blok migas terminasi pada 2018 kepada Pertamina yakni Tuban, Ogan Komering, NSO, Sangasanga, Attaka, East Kal, OSES, dan Tengah.
“Proses alih kelola blok terminasi termasuk operasi dan sumber daya manusia sudah berjalan dengan lancar,” kata Syamsu. (DR)






Komentar Terbaru