JAKARTA – Lifting atau produksi siap jual minyak dan gas bumi (migas) Indonesia diproyeksi kembali turun pada 2020. Ini tertuang dalam pidato nota keuangan Presiden Joko Widodo.

Presiden menyatakan untuk tahun depan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2020 lifting minyak bumi Indonesia tidak lebih besar dibanding dengan target tahun ini sebesar 775 ribu barel per hari (bph) atau turun 5,2% menjadi 734 ribu bph.

Sama dengan minyak, lifting gas dalam RAPBN 2020 diproyeksi turun 4,8%   dibanding tahun ini sebesar 1.250 ribu barel setara minyak per hari (boepd) menjadi 1.190 ribu boepd.

“Melalui optimalisasi pemanfaatan
sumber daya alam, termasuk minyak dan gas bumi, target lifting minyak dan gas bumi 2020 diasumsikan masing-masing sebesar 734 ribu barel dan 1,19 juta barel setara minyak per hari,” kata Jokowi di Gedung DPR Jakarta, Jumat (16/8).

Target pemerintah untuk lifting migas ini melanjutkan tren negatif di beberapa tahun sebelumnya. Data Ditjen Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM, menyebutkan lifting minyak bumi dan gas dalam lima tahun terakhir terus menurun. Pada 2013 rata-rata lifting minyak sebesar 826 ribu barel per hari (bph). 2014 realisasi rata-rata 794 ribu bph. 2015 sebesar 779 ribu bph. Lalu tahun 2016 sempat kembali naik menjadi 829 ribu bph. Tapi kembali anjlok menjadi 804 ribu bph pada 2017. Pada 2018 kembali turun ke posisi 778 ribu bph.

Lifting gas 1.229 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada 2013. Kemudian menjadi 1.216 mmscfd di tahun 2014. Lifting terus berlanjut alami penurunan jadi 1.190 mmscfd di tahun 2015. Tahun 2016 menjadi sebesar 1.180 mmscfd, kembali turun menjadi 1.143 mmscfd tahun 2017. Kemudian tahun 2018 lifting hanya mencapai  1.139 mmscfd.

Untuk harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dipatok sebesar US$ 65 per barel. “Dengan sensitivitas yang tinggi terhadap berbagai dinamika global, Pemerintah terus memantau pergerakan harga minyak dan komoditi global,” kata Jokowi.(RI)