JAKARTA– PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas, meraih empat PROPER Emas di ajang PROPER 2018 yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Prestasi yang diraih kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dibawah supervisi dan koordinasi SKK Migas tersebut cukup fantastis, naik dua kali lipat dibandingkan perolehan PROPER Emas tahun lalu.

Pada 2017, Pertamina EP hanya meraih dua PROPER Emas melalui Pertamina EP Asset 1 Rantau Field di Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussaam dan Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field di Kalimantan Utara. Sementara pada gelaran PROPER tahun ini, empat PROPER Emas diraih melalui Rantau Field dan Tarakan Field serta dua lagi melalui Pertamina EP Asset 3 Tambun Field di Bekasi, Jawa Barat dan Subang Field di Subang-Karawang, Jawa Barat.

Risna Resnawaty, pakar CSR dari Universitas Padjadjaran Bandung, menilai keberhasilan Pertamina EP dalam meraih empat PROPER emas tahun ini merupakan prestasi fantastis. Apalagi untuk meraih PROPER emas bukan merupakan hal yang mudah. Artinya kinerja yang biasa saja akan sangat ketinggalan. “Terlebih saat ini hampir seluruh perusahaan lain sudah sangat melek terhadap prestasi prestisius di bidang proper ini,” ujar Risna kepada Dunia-Energi, Jumat (28/12).

Menurut Risna, naiknya perolehan PROPER Emas Pertamina EP sebanyak dua kali lipat dari perolehan tahun lalu menunjukkan adanya kerja keras. Program yang inovatif, update, relevan sebagai solusi masalah sosial terkini, serta memiliki nilai guna bagi masyarakat nampaknya memiliki bobot nilai yang besar untuk perolehan PROPER Emas. “Sebagai contoh program pemberdayaan masyarakat pada bidang penganggulangan HIV AIDS yang dilakukan oleh Pertamina EP Subang Field. Itu cukup bagus,” katanya.

Risna Resnawaty, pakar CSR Unpad. (Foto: dok pribadi)

Ketua Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad itu mengatakan, pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang dinilai baik dalam penilaian proper ini adalah inovasi program, kebermanfaatan program bagi masyarakat, serta kelengkapan pelaporan, seperti Social Mapping, Renstra dan Renta, maupun SRoI.

“Data social mapping akan menjadi landasan dalam penyusunan program yang memberdayaakn masyarakat, renstra renta merupakan tolak ukur keseriusan dalam menjalankan CSR. Konsistensi dan persistensi seperti yang dimiliki oleh Pertamina EP menghasilkan performa yang excellent dalam pelaksanaan CSR,” ujarnya.

Menurut Risna, Performa CSR perlu didukung oleh sumber daya manusia yang kapabel dalam merancang program dan membangun relasi dengan masyarakat. “TampaknyaPertamina EP yang mampu meraih PROPER emas telah melampaui hal tersebut,” ujar dia.

Risna yang menulis disertasi soal CSR di perusahaan tambang batu bara di Sumatera Selatan, menilai masih banyak perusahaan yang belum menganggap CSR sebagai bagian yang terintegrasi dengan bisnis proses perusahaan. Dengan demikian, pelaksanaan CSR-nya belum terasa gregetnya baik bagi masyarakat maupun feed back-nya bagi perusahaan.

“Selain Kebijakan perusahaan yang tampaknya mendukung penuh pada pelaksanaan CSR dari segi pendanaan maupun SDM, keberhasilan peraihan PROPER Emas oleh Pertamina EP ini menunjukan bahwa CSR-nya dikelola dengan sungguh-sungguh. Tidak setengah-setengah, tidak dianggap sebagai beban, namun sebagai suatu aktivitas yang inheren dengan pelaksanaan bisnis,”ujarnya.

Risna menyarankan, ke depan Pertamina EP harus terus dibuat keren tapi tetap harus memiliki manfaat bagi penigkatan kualitas hidup masyarakat. Peer selanjutnya turut mendongkrak pencapaian SDGs. Perusahaan lain juga sedang melakukan perbaikan, mengembangkan inovasi, lho. Jika CSR-nya dilakukan Business as usual harus siap-siap ketinggalan.

“CSR yang excellent harus dijadikan sebagai candu bagi CEO maupun pelaksana CSR di lapangan sehingga program yang inovatif akan terus-menerus lahir dari waktu ke waktu, dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat dengan skala yang lebih luas,” ujar dia. (DR)