JAKARTA – Pasokan gas berpotensi defisit mulai 2024 seiring peningkatan konsumsi pasca tuntasnya proyek revitalisasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) dan beroperasinya kilang baru. Waras Budi Santosa, Kepala Divisi Monetisasi Minyak dan Gas Bumi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan pengoperasian kilang membutuhkan gas dalam jumlah besar.

“Besar memang (kebutuhan), kira-kira 1 kilang 100-200 juta kaki kubik per hari (mmscfd),” kata Waras di Jakarta, Rabu (14/3).

Menurut Waras, pembelian LNG dari Mozambik kemungkinan besar juga melihat kebutuhan gas yang besar saat kilang mulai berjalan yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi gas dalam negeri. Apalagi jika rata-rata kemampuan produksi masih seperti saat ini.  “Kalau kaitannya pengembangan kilang berjalan. Kalau itu berjalan kemungkinan kita akan kurang gas,” tukasnya.

Ada enam proyek kilang yang dikerjakan Pertamina saat ini dan target penyelesaian dipatok pada 2026. Disisi lain, Pertamina sudah menandatangani Sales and Purchase Agreement (SPA) dengan Mozambique LNG 1 yang dimiliki Anadarko Petroleum Corporation, perusahaan asal Amerika Serikat untuk pembelian LNG dengan total volume LNG yang dibeli sebesar 1 juta ton per tahun selama 20 tahun dan akan dilakukan pada 2024.

Waras menegaskan, proyeksi kekurangan gas baru akan terjadi apabila seluruh program pembangunan dan pengembangan kilang Pertamina tuntas. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sebagai perusahaan yang ingin berkembang di bisnis migas internasional sangat wajar jika ada nama Pertamina dalam aktifitas jual beli gas antar perusahaan.

Kegiatan jual beli LNG sudah sangat biasa terjadi. China, Jepang maupun Korea Selatan misalnya sudah melakukan jual beli LNG puluhan tahun lalu. Apalagi Indonesia juga pernah dikenal sebagai salah satu pemasok gas bumi besar di dunia.

“Pertamina sendiri untuk mensecure pasokan kebutuhan kilang, tapi yang lebih penting lagi mereka kan main portofolio internasional.Itu silahkan saja. Kalau kita mau worldwide ya harus keluar tradingnya jangan hanya di dalam negeri,” tandas Waras.(RI)