JAKARTA– PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA), emiten telekomunikasi dan kelistrikan, memproyeksikan bisnis listrik panel surya berkontribusi 30-50% terhadap proyeksi pendapatan tahun ini sebesar Rp50 miliar dana laba bersih Rp 5 miliar. Pada 2018, Protech membukukan penurunan pendapatan 28,57% menjadi Rp22,83 miliar dari Rp31,6 miliar. (year-on-year).

Anton Santoso, Komisaris Utama Protech Mitra Perkasa, mengatakan tahun ini perusahaan ingin menggenjot kinerja, salah satunya melalui diversifikasi bisnis ke sektor energi baru dan terbarukan.Perusahaan memproyeksikan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

“Kami bekerja sama dengan tiga perusahaan yang bergerak di sektor kelistrikan dengan kapasitas terpasang sembilan megawatt. Untuk peralatan panel surya akan didatangkan dari China,” ujar Anton di Jakarta, baru-baru ini.

Manajemen Protech mengklaim telah memiliki pembeli potensial dan memiliki penawaran. Realisasi proyek listrik panel surya yang dikelola Protech ditargetkan tahun ini. Anton tak menjelaskan calon pembeli dan nilai kontrak pembelian yang didapatkan.

Menurut Anton, diversifikasi bisnis Protech ke pengembangan bisnis listrik panel surya bukan tanpa alasan. Salah satunya karena PT PLN (Persero) hanya bersedia membeli listrik sebesar 40% dari harga jual.

Dalam laporan keuangan 2018, Protech mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk perusahaan senilai Rp758,32 juta atau turun dari rugi Rp1,38 miliar pada 2017.

Dari sisi segmen pendapatan, pendapatan paling besar berasal dari jasa konstruksi senilai Rp18,59 miliar, penjualan barang Rp2,01 miliar dan pendapatan jasa instalasi dan pemeliharaan senilai Rp2,22 miliar. Adapun beban pokok pendapatan per 2018 berhasil turun 30% menjadi Rp20,37 miliar dari posisi Rp29,1 miliar pada 2017. Beban penjualan, umum dan administrasi perseroan mencapai Rp4,29 miliar pada 2018, turun 17% dari posisi Rp5,17 miliar pada 2017. (RA)