JAKARTA– PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), emiten pertambangan batu bara, mencatatkan pertumbuhan produksi sepanjang kuartal I 2019 menjadi 446.000 ton, tumbuh 45% secara tahunan dibandingkan periode sama tahun lalu. Kenaikan produksi ditopang dua tambang batu bara yang telah beroperasi, yaitu PT Internasional Prima Coal di Kalimantan dan Triayani di Sumatera Selatan.

Tahun ini, perseroan menargetkan volume penjualan dan produksi batubara pada tahun ini masing-masing tumbuh 30% dibandingkan realisasi pada 2018.
“Salah satu upaya untuk mengejar target 30% tersebut, kami akan menggenjot tambang di Sumatera Selatan,” kata Direktur Utama Golden Eagle Energy Roza Permana Putra dalam pemaparan publik tahunan di Jakarta, Kamis (23/5).

Total volume penjualan batubara Golden Eagle Energy pada 2018 mencapai 1,4 juta ton. Sedangkan total volume produksi yang dihasilkan 1,5 juta ton. Untuk mencapai target tumbuh 30%, volume penjualan dan produksi batu bara masing-masing harus mencapai sekitar 1,8 juta ton dan 1,9 juta ton.

Sepanjang tahun lalu, perusahaan berhasil membukukan pendapatan dari penjualan batubara sebesar Rp190 miliar, meningkat 230 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp57 miliar.

Pencapaian tersebut membuat laba bersih SMMT naik menjadi Rp85 miliar, lebih dari dua kali lipat tahun sebelumnya sebesar Rp40 miliar.
Kenaikan pendapatan penjualan tersebut terutama berasal dari peningkatan volume produksi tambang di Sumatera Selatan sebesar 234%, sejalan dengan peningkatan kualitas jalan serta armada angkut.

Chrismasari Dewi Sudono, Sekretaris Perusahaan Golden Eagle Energy, menambahkan perseroan sudah mempersiapkan dana untuk belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 50 miliar untuk menopang peningkatan produksi batubara. Dana tersebut digunakan untuk mengoptimalkan sarana logistik dan infrastruktur yang sudah ada. (RA)