JAKARTA – PT PLN (Persero) menegaskan siap menyediakan pembangkit listrik sebagai sumber kelistrikan untuk pengoperasian pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Halmahera Timur. Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengatakan pembicaraan dengan Antam selaku pemilik proyek smelter telah dilakukan. PLN berkomitmen untuk menyediakan pembangkit listrik yang akan dibangun dekat smelter.

“Kami sudah komit untuk menyuplai itu sesuai waktunya. Pembangkit (bangunnya), kan dekat dengan smelter,” kata Zulkifli di Jakarta, Kamis (2/7).

Menurut Zulkifli, agar smelter bisa segera beroperasi maka PLN  akan membangun pembangkit listrik sementara yang bisa selesai dibangun paling tidak dalam jangka waktu dua tahun ke depan. Sayangnya dia belum mau beberkan pembangkit jenis apa yang akan dibangun PLN nanti. “Seingat saya ada pembangkit sementara untuk dua tahun kemudian pembangkit tetap. Sekarang lagi persiapan,” ungkap Zulkifli.

Pembangunan smelter feronikel Antam menjadi sorotan lantaran tidak kunjung beroperasi., Padahal konstruksi pabrik sudah selesai sejak tahun lalu. Masalah utamanya adalah tidak ada pasokan listrik yang mengalir untuk menghidupi mesin-mesin pabrik smelter. Kerugian negara pun di depan mata lantaran ada Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,5 triliun yang digelontorkan untuk proyek hilirisasi mineral tersebut.

Smelter feronikel Antam seharusnya beroperasi (Commissioning Operation Date/COD) pada 2019.  Pembangkit listrik smelter dibangun dengan menggunakan skema suplai pasokan listrik bridging power plant IPP (pembelian listrik ke pihak ke III) yang dibangun PT BGP dan harusnya selesai pada Juli 2019. Hanya saja perusahaan tersebut gagal menyediakan listrik yang dibutuhkan lantaran ada masalah keuangan.

Dana Amin, Direktur Utama Antam, mengatakan dalam perencanaan pembangunan smelter ada poin utama yang kemungkinan tidak menjadi fokus utama yakni manajemen risiko dalam pembangunan pembangkit listrik. Seluruh proyek murni dibawah pengawasan manajemen Antam, termasuk dalam penyediaan pembangkit listrik melalui proses tender. Dengan begitu, dua konstruksi yakni smelter dan konstruksi pembangkit listriknya yang berjalan beriringan. Konstruksi smelter dikerjakan PT Wijaya Karya Tbk dan pembangkit digarap PT BGP dan konsorsium.

“Secara perencaanaan antara smlter dan pembangkit listrik secara common sense pasti disamakan. namun dari sisi risk management miss saat pembangunan pembangkit listirknya,” kata Dana.(RI)