JAKARTA – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, hingga akhir Maret 2020  rugi hingga Rp 38,88 triliun,  turun drastis dibandingkan periodes sama tahun lalu membukukan laba bersih Rp 4,16 triliun.

Dalam laporan keuangan PLN, terlihat dalam tiga bulan pertama tahun ini perusahaan terkena rugi kurs mencapai Rp 51,97 triliun.

Dari sisi pendapatan usaha PLN catatkan kenaikan 5,48% menjadi Rp 72,7 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 68,92 triliun. Peningkatan pendapatan usaha ditopang oleh kenaikan penjualan listrik hingga Maret. Per kuartal I tahun lalu pendapatan usaha Rp 66,85 triliun, sementara untuk tahun ini hingga Maret sebesar Rp 70,25 triliun. PLN juga catatkan kenaikan penyambungan pelanggan dari Rp 1,6 triliun menjadi Rp 1,83 triliun.

Sayangnya beban usaha cukup besar dan malah naik lebih tinggi, yakni sebesar 6,99% dari Rp 73,64 triliun pada kuartal I2019 menjadi Rp 78,79 triliun di kuartal I tahun ini. Komponen beban usaha yang cukup besar yakni pembelian tenaga listrik yang meningkat tajam dari Rp 19,95 triliun menjadi Rp 25,83 triliun. Sementara biaya bahan bakar dan pelumas justru turun dari Rp 32,96 triliun di kuartal I 2019 menjadi Rp 30,72 triliun pada tahun ini. Dengan demikian,  rugi usaha PLN hingga akhir Maret lalu tercatat sebesar Rp 6,09 triliun, naik 29,03% dari periode yang sama tahun lalu Rp 4,72 triliun.

Sementara itu subsidi listrik yang diterima PLN juga meningkat dari Rp 11,53 triliun menjadi Rp 12,89 triliun sehingga PLN masih membukukan laba usaha sebesar Rp 6,8 triliun, turun 23,76% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 8,92 triliun. (RI)