JAKARTA – PT PLN (Persero) memproyeksikan pertumbuhan konsumsi listrik tidak akan mencapai target sesuai Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027.

Syofvi Roekman, Direktur Perencanaan Korporat PLN, mengatakan saat ini perhitungan terhadap pertumbuhan konsumsi masih berlangsung, namun dari hasil yang ada sudah terlihat kecenderungan tidak akan mencapai  target. Selisih antara proyeksi dengan realisasi tidak akan berbeda jauh seperti pada 2017.

“Saya sih berharap paling tidak pertumbuhan konsumsi bisa dipertahankan. Kalaupun ada adjustment, tidak sedrastis RUPTL 2017. Asumsi pertumbuhan saya kan 8,3 % (RUPTL 2017), sekarang 6,8%. Ya paling tidak saya masih bisa mempertahankan konsumsi diatas 6%,” kata Syofvi di Jakarta, Selasa (23/10).

Dalam RUPTL 2017-2026 realisasi pertumbuhan konsumsi listrik sangat jauh dari target 8,3% karena realisasinya hanya mencapai 3,57%. Pada RUPTL 2018-2027, pertumbuhan sebesar 6,86% dengan total rencana pembangunan pembangkit sebesar 56.024 megawatt (MW).

Menurut Syofvi, PLN masih berharap akan ada tambahan konsumsi dari luar wilayah sistem Pulau Jawa karena ada beberapa pabrikan yang rampung pembangunannya.

“Ini masih berhitung, kan juga banyak yang gede-gede yang masuk. Misalnya, smelter di Sulawesi, sistem Kendari dan Sulawesi Selatan dan Barat kan naik tuh. Jadi ini nge-boosting pertumbuhan. Ini lagi dihitung,” ungkap Syofvi.

Pertumbuhan konsumsi nantinya sangat erat kaitannya dengan pergeseran jadwal COD (Commisioning Operating Development) proyek pembangkit 35 ribu megawatt.

Syofvi mengatakan, jika konsumsi tidak tumbuh dengan baik maka hal ini tentu akan mempengaruhi keputusan PLN untuk bisa menetapkan proyek pembangkit listrik.

Selain itu, berbagai upaya untuk bisa mempertahankan konsumsi pertumbuhan listrik dilakukan PLN. Salah satu pertumbuhan yang digenjot adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

“Ya kami harus melaunching produk. Bagaimana sekarang kami mengajak masyarakat untuk menggunakan kompor induksi, mendorong penggunaan mobil listrik. Kami harus punya inovasi,” tandas Syofvi.(RI)