JAKARTA – Rencana pembangunan fasilitas Liquefied Natural Gas (LNG) untuk wilayah Indonesia tengah kembali terancam mundur lantaran ada penurunan permintaan (demand) gas yang menurun drastis untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik PT PLN (Persero).

Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan PLN, mengatakan sudah melakukan pembicaraan dengan konsorsium yang dibentuk oleh PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang menjadi pemenang tender karena perubahan kebutuhan tersebut.

Pada rencana awal dibutuhkan gas untuk wilayah Indonesia tengah paling tidak 100 BBTUD, namun setelah pembangkit energi baru terbarukan (EBT), maka terjadi penurunan kebutuhan energi signifikan dari pembangkit tenaga gas.

“Perubahan volume kan dulu kebutuhannya besar, dulu itu sekitar total 100 BBTUD lebih cuma dengan Makassar picker diganti hydro kan jadi jauh berkurang kebutuhannya (gas),” kata Supangkat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (28/5).

Dalam tender kali ini konsorsium Pertamina dan PGN membentuk konsorsium dengan ENGIE, perusahaan pengembang LNG asal Perancis. Total investasi yang dibutuhkan untuk membangun berbagai fasilitas tersebut mencapai US$1 miliar.

Konsorsium berencana membangun satu FSRU, menyediakan dua kapal LNG sebagai feeder, serta 10 LNG receiving terminal. Ke 10 receiving terminal nanti akan dibagi menjadi dua kluster. Tugas dua kapal LNG feeder nantinya akan memasok kebutuhan LNG ke receiving terminal.

Menurut Supangkat, seiring perubahan kebutuhan maka rencana pembangunan berbagai infrastruktur dan fasilitas harus ikut disesuaikan.

“Kalau berubah mereka mau apa, itu kami bicarakan dulu. Dengan volume berbeda dan lain-lain mereka masih mau terima atau tidak, jadi ini merubah kapasitas desain, perubahannya signifikan, separuhnya dari kebutuhan semula tidak ada,” ungkap dia.

Supangkat menegaskan jika pihak pemenang tender tidak bersedia maka akan dilakukan lelang ulang dengan kapasitas fasilitas yang telah disesuaikan. Konsorsium Pertamina-PGN bisa memberikan jawaban di pada Juli 2018.

“Iya (lelang ulang), dengan kondisi yang baru ini masih kami bicarakan ini kan berubah. Target kalau bisa Juni-Juli ada jawaban,” tandas Supangkat.(RI)