JAKARTA – PT PLN (Persero) berhasil melakukan uji coba Program Co-Firing di PLTU Ropa Flores dan di PLTU Bolok Kupang. Dalam program Co-Firing di PLTU Ropa, PLN mengganti bahan bakar berupa batu bara dengan 10% biomass yang diperoleh dari TOSS (Tempat Olahan Sampah Setempat) untuk PLTU Ropa. Sementara untuk PLTU Bolok, menggunakan 5% biomass yang berasal dari Woodchips (cacahan kayu).

Bahan baku biomass untuk implementasi co-firing berasal dari olahan sampah, ranting pohon, daun, sekam padi, serbuk gergaji dan rumput yang diproses menggunakan metode (biodrying). Proses selanjutnya bahan baku diolah menjadi pelet seperti yang digunakan di di PLTU Ropa atau menjadi Woodchips seperti yang digunakan di PLTU Bolok.

Agustinus Jatmiko General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT menjelaskan bahwa tahapan uji coba co-firing untuk PLTU Ropa telah dilakukan pada 14 – 15 September 2020 dan PLTU Bolok pada 28-30 September 2020.

“Proses pembakaran Biomass ini berjalan sempurna dan karakteristiknya mirip dengan batu bara yang digunakan di PLTU tersebut. Pada saat kami melakukan mixing antara batu bara dengan Biomass tersebut, hanya dibutuhkan waktu 30 menit masa transisi hingga mencapai titik stabilisasi,” ungkap Jatmiko, Sabtu (3/10).

Keberhasilan ujicoba Co Firing di PLTU Ropa, terlihat parameter menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan 100% batu bara dengan pencampuran biomasa.

Selain meningkatkan bauran EBT, PLN juga berharap program ini dapat memberdayakan masyarakat, khususnya untuk memproduksi bahan bakar biomasa.

“Saya berharap agar Biomass ini dapat diproduksi di sekitar PLTU Ropa, menggunakan bahan baku dari TOSS yang potensinya sangat besar, serta dapat memberdayakan masyarakat,” kata Jatmiko.

Agung Murdifi Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, menjelaskan bahwa program Co-Firing merupakan bagian dari pilar “green” dalam transformasi PLN. Co-Firing merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan energi terbarukan pada rasio tertentu yang tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi teknis.

“Kami terus mendorong penggunaan EBT, demi menyediakan listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Agung. (RI)