JAKARTA – PT PLN (Persero) diminta memastikan kebutuhan listrik bagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bisa terpenuhi secara optimal. Pasalnya, hingga kini pasokan listrik yang tersedia masih sangat jauh dari total proyeksi kebutuhan yang sudah direncanakan.

Data Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus menyebutkan ada lima KEK yang pasokan listriknya harus dipenuhi dengan total kebutuhan mencapai 832 megawatt (MW). Sei Mangkei kebutuhan listriknya 500 MW hingga 2025, namun ketersediaan saat ini baru 60 MW. Mandalika dari kebutuhan  28 MW hingga 2021, ketersediaan saat ini sudah mencapai 30 MW.

KEK Palu kebutuhan hingga 2025 mencapai 240 MW, namun saat ini pasokannya baru 30 MW, KEK Kendal kebutuhan tahap I mencapai 31 MW, namun ketersediaannya 2,1 MW per bulan (berdasarkan kontrak UP ke PLN). Serta KEK Tanjung Kelayang dengan kebutuhan 33 MW hingga 2029, namun ketersediaan saat ini baru 2,1 MW.

Bambang Wijanarko, Kepala Bagian Pengendalian Pembangunan & Pengelolaan Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, mengungkapkan sebagian pasokan sudah dialirkan, tapi masih sangat jauh dari proyeksi kebutuhan. Selain itu,  masih ada beberapa permasalahan dan gangguan aliran listrik yang dirasakan para konsumen di KEK.

Dia menambahkan untuk di Sei Mangkei  sudah tersedia gardu induk PLN di kawasan KEK tapi kehandalannya sering diragukan.

“Isu kehandalan atau realibilitas, sering terjadi kedipan atau voltage flicker sehingga sangat mempengaruhi proses produksi karena adanya sejumlah mesin produksi yang sangat sensitif,” kata Bambang di Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (6/2).

Selain itu di sana juga telah terbangun PLTDg dengan kapasitas 2,1 MW dan PLT Biomass yang berkapasitas 2,3,5 MW,  hanya saja keduanya belum beroperasi komersial.

Menurut Bambang, untuk KEK Mandalika  kebutuhan sekarang belum terlalu besar,  tapi PLN harus mengantisipasi kebutuhannya yang dipastikan meningkat saat konstruksi sejumlah hotel dan sport complex (Moto GP) selesai.

Isu kehandalan juga terjadi di KEK Kendal yang saat ini sering terjadi trip. Selain itu, dibutuhkan gardu dan tarif premium yang kompetitif di sana.

Bambang mengatakan Badan Pembangunan dan Pengelola (BUPP) telah menyampaikan keluhan terkait harga listrik di KEK Kendal yang mahal.

“Harga listrik curah di KEK Kendal lebih mahal dari pada harga jual PLN ke retail industri, padhaal BUPP KEK Kendal telah membangun infrastruktur atau kabel/gardu sendiri untuk kawasan,” ujar Bambang.

Darmawan Prasodjo, Wakil Direktur PLN,  mengungkapkan PLN mendapat penugasan pemerintah untuk membangun proyek pembangkit 35 ribu MW yang terus berjalan. Selain itu, dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2019-2028, PLN akan menambah kapasitas pembangkit sebesar 56.397 MW (termasuk program 35.000 MW) dan menambah jaringan transmisi sepanjang 57.293 kms hingga tahun 2028.

Tambahan kapasitas pembangkit dan jaringan transmisi sesuai RUPTL menandakan PLN siap memenuhi kuantitas dan kualitas tenaga listrik yang dibutuhkan oleh Kawasan KI, KEK, DPP dan SKPT, dengan mempercayakan kebutuhan listrik pengembangan kawasan kepada PLN.

“Maka pengembang kawasan dapat memaksimalkan penggunaan investasi untuk pengembangan maupun keunggulan dalam menghadapi persaingan global,” kata Darmawan.(RI)