JAKARTA – Pemerintah resmi menerapkan tarif adjusment kepada lima golongan pelanggan listrik. Penetapan ini membuat tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga berdaya mulai 3.500 VA ke atas (R2 dan R3) dan golongan Pemerintah (P1, P2, dan P3) yang jumlahnya sekitar 2,5 juta atau 3% dari total pelanggan PT PLN (Persero).

Salah satu penyebab pemerintah memutuskan untuk menerapkan tarif adusment adalah tingginya harga minyak dunia sejak awal tahun yang merupakan salah satu komponen pembentuk tarif listrik.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menjelaskan, pembangkit listrik bertenaga diesel (PLTD) masih ada dan beroperasi demi melistriki wilayah-wilayah terpencil di pendalaman. Menurut dia jumlah PLTD bahkan mencapai ribuan meskipun kapasitasnya kecil-kecil.

“PLTD di ribuan lokasi di tempat terpencil, karena Indonesia adalah negara kepulauan, kita lihat jawa madura bali listrik sudah berbasis kepada transmisi dan distribusi, dan terinterkoneksi, tetapi di daerah-daerah terpencil masih ada PLTD kami yang saat ini sedang dalam proses diubah yang tadinya menggunakan BBM sebagian besar diimpor harga yang mahal,” jelas Darmawan ditemui di kantor PLN, Jumat (1/7).

Atas kondisi itulah PLN dan pemerintah terus mendorong adanya konversi pembangkit listrik. Darmawan menjelaskan konversi PLTD ke EBT juga tidak mudah. PLTD digunakan karena juga bisa memproduksi listrik selama 24 jam. Untuk itu penggantinya juga harus memiliki kemampuan yang sama.

“Karena PLTD operasi 24 jam maka tentu EBT sebagai pengganti juga harus mampu beroperasi 24 jam. Kita pertimbagkan arus laut, geoth, hidro, solar, bayu, dan lainnya,” ungkap Darmawan.

Dia menjelaskan hingga kini sudah ada 250 lokasi PLTD yang direncanakan akan dikonversi digantikan dengan pembangkit berbasis EBT. “Karena Indonesia adalah negara kepulauan, kita lihat jawa madura bali listrik sudah berbasis kepada transmisi dan distribusi, dan terinterkoneksi, tapi di daerah terpencil masih ada PLTD kami yang saat ini sedang dalam proses diubah yang tadinya menggunakan BBM sebagian besar diimpor harga yang mahal diganti dengan energi EBT menggunakan lokal wisdom apapun yang tersedia di lokasi tersebut,” jelas Darmawan.

Selain konversi upaya untuk memeratakan jaringan listrik hingga ke pelosok juga terus diupayakan. “Ada sebagian pembangkit berbasis PLTD, diesel konsumsi BBM, dan bisa kami eliminasi dengan tambahan transmisi distribusi,” tegas Darmawan. (RI)