JAKARTA – PT PLN (Persero) ternyata memiliki batas untuk menekan susut jaringan (Losses) atau tidak bisa terlalu rendah. Jika mau dipaksakan ditekan maka investasi yang dibutuhkan tidaklah sedikit sementara kemampuan investasi PLN terbatas.

Haryanto WS, Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura, dan Bali PLN, mengungkapkan untuk saat ini akan semakin sulit untuk menurunkan susut jaringan hingga di bawah 8%. Dengan kemampuan yang ada sekarang perseroan hanya bisa menekan susut jaringan dari 10,58% di 2014 menjadi 9,75% di 2019.

Komposisi pelanggan dan topologi jaringan listrik PLN berbeda dibanding negara lain.

“Kami coba menurunkan, tetapi ada batasnya. Karena pada saatnya investasi (untuk menurunkan susut jaringan) bisa jauh lebih besar dari manfaat yang diperoleh,” kata Haryanto dalam diskusi virtual penghematan penyediaan tenaga listrik, Selasa (23/2).

Haryanto menuturkan Indonesia memiliki karakteristik tersendiri terutama dari sisi komposisi pelaggan listrik yang tidak bisa disamakan dengan negara maju.

Di negara maju atau negara industri, angka susut jaringan cenderung lebih rendah. Hal ini lantaran komposisi konsumen setrum negara tersebut didominasi pelanggan bisnis dan industri. Selain itu, dari sisi kepadatan beban, konsumsi setrum negara maju jauh lebih besar, meski dalam lingkup area kecil.

Sementara di Indonesia konsumsi listrik masih didominasi para pelanggan dari golongan rumah tangga. Serta dari sisi volume daya juga belum sebesar negara maju sehingga susut jaringan relatif lebih besar.

Susut rumah tangga nilainya bisa sekitar 10% karena untuk melayani pelanggan rumah tangga, PLN harus mengalirkan listrik melalui jaringan yang panjang.

“Kalau dibilang PLN tidak efisien (dibanding negara lain), memang tidak efisien, karena kondisinya berbeda jauh dengan yang dihadapi mereka,” kata Haryanto.

Dia mencontohkan, dalam sistem kelistrikan di Pulau Jawa PLN selama ini mengalirkan arus listrik dari wilayah timur ke barat lantaran adanya ketidakseimbangan beban regional.

Kemudian transfer listrik melalui transmisi yang terbentang hingga lebih dari 1.000 kilometer (km) ini menyebabkan adanya susut jaringan. Padahal, distribusi listrik sangat dibutuhkan karena kebanyakan pembangkit listrik berada di wilayah timur Jawa, sementara pusat beban ada di wilayah barat. Susut jaringan ini sangat bepengaruh terhadap Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik.

Menurut Haryanto, karena menekan susut jaringan masih ada keterbatasan maka untuk menurunkan BPP PLN melakukan strategi lainnya yakni dengan membangun pembangkit listrik di wilayah barat Jawa.

“Selain itu, PLN uga melakukan pengembangan transmisi, penambahan gardu, perbaikan tegangan rendah, dan lainnya,” kata Haryanto.(RI)