JAKARTA – PT PLN (Persero) akan mengakuisisi sedikitnya dua lahan tambang batu bara pada 2019. Dua lahan tersebut berada di wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan.

Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengatakan saat ini proses kajian sudah dilakukan konsultan yang ditunjuk PLN untuk menilai cadangan yang dimiliki. PLN mensyaratkan wilayah tambang yang akan diakuisisi harus memenuhi kriteria utama, yakni jumlah cadangan minimal sebesar 100 juta ton.

“Akuisisi dan pengembangan di Sumatera dan Kalimantan. Kami kan minimal harus 100 juta cadangan batu baranya. Tidak mungkin yang kecil,” kata Sofyan ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Jumat (11/1).

Menurut Sofyan, kepemilikan wilayah tambang penting untuk menjamin pasokan batu bara bagi pembangkit listrik PLN. Manfaat utama adalah menciptakan efisiensi. Rencana kedepan pasokan batu bara dari pihak swasta akan diturunkan dan digantikan pasokan dari PLN.

“Rencana ke depan 30%-40% batu bara itu sumbernya dari kami. Jadi yang 40% itu supply kami amankan, 60% dari swasta 40 % punya PLN, itu harapan ke depan,” ungkap Sofyan.

Sofyan mengatakan rencana akuisisi tambang telah dilangsungkan sejak tahun lalu. Karena itu dia menargetkan pada semester pertama tahun ini satu wilayah tambang sudah akan dikuasai PLN. “Karena sudah lama diskusi dari tahun lalu, targetnya semester satu,” katanya.

Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan PLN, mengatakan dengan dikuasainya dua wilayah tambang yang tengah direncanakan maka paling paling tidak 20% kebutuhan batu bara PLN sudah diamankan. Kedua wilayah tambang tersebut memiliki jenis batu bara dengan nilai kalori 4.200 kcal-4.600 kcal.

Untuk pembangkit listrik PLN sendiri, kebutuhan batu bara mencapai sekitar 60 juta ton. Sementara Independent Power Producer (IPP) membutuhkan 30 juta ton.

“Secara bertahap. Maksimal 20% (untuk dua wilayah tambang), sekarang baru 5%. Butuh infrastruktur dan lainnya,” tandas Supangkat.(RI)