JAKARTA – Program Pinky Movement yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dinilai mampu menjamin keamanan dan ketersediaan pasokan Liquified Petroleum Gas (LPG) di masyarakat khususnya UMKM. Jumlah pembelian gas yang tanpa dibatasi turut berikan dampak terhadap bisnis Mitra Binaan penggunan LPG nonsubsidi sehingga tidak terkendala dan membuat pendapatan juga terdongkrak.

“Saya ikut program Pinky Movement karena melihat suplai LPG yang mudah dan ada di mana-mana sehingga konsumen mudah mendapatkannya tanpa antre seperti gas bersubsidi. Kami juga bisa menyetok lebih dari satu. Selain itu, gas LPG terasa lebih awet dan tahan lama dibandingkan gas LPG bersubsidi,” ungkap Umar Fahrur Roji, pemilik Safira Studio/IB Ikdar yang berlokasi di Serang, Banten, Jumat (20/5).

Umar jadi bagian dari program Pinky Movement sejak awal Maret 2022. Ia memiliki jenis usaha industri sepatu dan general konstruksi untuk renovasi rumah dan bangunan baru. Selama pandemi, program dari Pertamina ini sangat membantu untuk pengembangan usaha sehingga pendapatannya terkerek. “Omset per bulan kami di angka Rp30-60 juta.  Sebelum ikut Pinky Movement omset kotor sekitar Rp10-15 juta per bulan,” jelasnya.

Pertamina memperkenalkan program Pinky Movement sejak 2020. Program ini merupakan sebuah program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan sebagai upaya perluasan jaringan distribusi resmi produk LPG Non-Public Service Obligation (NPSO) atau nonsubsidi melalui pembiayaan dan pembinaan usaha dalam rangka mendukung dan memastikan penggunaan LPG yang tepat sasaran.

Pada awal 2022, Pertamina memperkuat program ini dengan meluncurkan “New Pinky Movement”. Program ini sejak pertengahan Maret sudah memasuki fase pembinaan program. “Para Mitra Binaan diberikan kesempatan mengikuti pelatihan product knowledge Bright Gas, pelatihan tentang layanan home service produk retail Pertamina (PDS/MyPertamina/dan lain-lain), pelatihan digitalisasi pembukuan atau arus kas, serta pelatihan e-commerce/modern digital marketing,” kata Fajriyah Usman, VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero).

Sejak program ini dijalankan sampai dengan tahun 2021, Pinky Movement telah menyasar 293 outlet dan 544 usaha kecil pengguna LPG subsidi dengan total penyaluran mencapai lebih Rp54,2 miliar. Fajriyah menjelaskan target program ini adalah pangkalan, outlet, toko pengecer LPG dan UMKM pengguna atau konsumen LPG/ “Khususnya pengguna LPG PSO agar shifting ke produk non-PSO,” tegasnya.

Menurut Fajriyah, Mitra Binaan di segmen outlet dapat dikembangkan untuk menjadi point of sales maupun point of distribution bagi jaringan pemasaran LPG Pertamina. Adapun untuk UMKM dapat didorong agar dapat naik kelas sehingga usahanya dapat maju dan semakin berkembang serta menjadi konsumen loyal LPG non-PSO Pertamina. “Pagu pinjaman yang disediakan untuk segmen outlet antara Rp15-75 juta sementara bagi segmen non-outlet dan UMKM maksimal Rp250 juta,” paparnya.

Fajriyah menjelaskan target penyaluran pada 2022 minimal 400 Mitra Binaan yang terdiri atas 249 segmen outlet dan sisanya sebanyak 151 dari segmen UMK. Calon penerima masih disyaratkan untuk memiliki agunan yang diutamakan berupa aset tetap dengan minimal nilai agunan satu kali nilai pinjaman yang diajukan.

“Sosialisasi New Pinky Movement dilakukan pada Februari 2022. Saat ini, sebanyak 80% program kemitraan di Pertamina Patra Niaga Regional adalah Pinky Movement. Setelah program pembinaan, diharapkan ada peningkatan jumlah aktif outlet atau pangkalan LPG dan UMK Pinky. Dari aspek bisnis, lewat program pembinaan diharapkan mampu mendongkrak Mitra Binaan menjadi UMK yang naik kelas. Minimal 30% dari Mitra Binaan Pinky Movement dapat naik kelas,” kata Fajriyah.