KAMPAR, RIAU- PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), bagian dari Subholding Upstream Pertamina, memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di area operasi, selain bertugas memproduksi minyak dan gas bumi di Wilayah Kerja Rokan, Provinsi Riau. Salah satu implementasi TJSL PHR adalah dukungan perusahaan terhadap pemberdayaan kelompok usaha dan wisata di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau sehingga kesejahteraan masyarakat di desa itu terangkat.

Eni Sumiarsih, Direktur Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau, mengatakan PHR bekerja sama dengan STP Riau ikut memberdayakan masyarakat di Desa Kuto Mesjid. Salah satu binaan PHR yang telah berhasil memberikan nilai tambah secara ekonomi adalah desa wisata, budidaya pengolahan ikan patin, dan “dekla”, yaitu minuman segar kelapa muda dengan campuran jeli.

“Pencapaian Koto Mesjid sebagai Desa Wisata Kampung Patin merupakan kebanggaan masyarakat Riau dan menjadi energi positif bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Riau. Ini juga buah kerja sama antara PHR dan STP Riau yang dipercaya dalam menjalankan program desa wisata di Koto Mesjid,” ujar Eni kepada wartawan di Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau, Kamis (23/12/2021).

Dia menjelaskan, dalam kerja sama di Desa Koto Mesjid, PHR dan STP Riau melatih dan membimbing masyarakat untuk meningkatkan keterampilan pemandu wisata, identifikasi potensi objek wisata, penginapan (homestay), suvenir, dan kuliner. Konsep yang dikembangkan adalah wisata berbasis komunitas (community based tourism/ CBT). Wisata berbasis komunitas ini adalah konsep pengembangan destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. “Program ini berupaya membangun keterampilan komunitas dan menjaga konservasi lingkungan,” katanya.

Karena program TJSL PHR ini dinilai bagus oleh sejumlah pihak, tak heran banyak prestasi diraih oleh Desa Koto Mesjid. Untuk tahun ini saja, beberapa penghargaan diraih oleh Desa Koto Mesjid, antara lain Juara I Nasional untuk Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata di pada 2020 dan Juara II kategori Souvenir pada Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021 yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.

“Desa Koto Mesjid juga mendapatkan sertifikasi Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) pada 2021 dan memperoleh Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Lembaga Sertifikasi Dewan Desa Wisata Berkelanjutan Indonesia,” ujar Eni.

Doktor ilmu perikanan dari Universitas Padjadjaran, Bandung itu mengatakan Desa Kuto Mesjid awalnya adalah kampung miskin, pemekaran dari Desa Pulau Gadang. Sebanyak 400 KK warga Pulau Gadang pada 1999 direlokasi karena daerah itu terkena penggenangan waduk untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTA) Kuto Panjang.

“Pemerintah daerah menggagas agar masyarakat tetap produktif dengan menngembangjkan satu rumah dengan satu kolam ikan. Pola ini pun berjalan baik sehingga masyarakat di Kuto Masjid mampu mandiri secara ekonomi,” jelas Eni.

Ikan patin yang dihasilkan dari 400 kolam di desa ini mencapai 15 ton/hari. Ikan tersebut kemudian diolah menjadi 13 produk olahan seperti keripik, ikan asap, dan tulangnya sedang dalam penelitian untuk dibuat tepung. “Untuk pembibitan dan pemasaran produk olahan ikan patin telah dibentuk UMKM Pratama Fish,” ujarnya.

Tak kalah menarik dari Koto Mesjid adalah menjadi objek wisata. Banyak warga yang tadinya tidak punya pekerja dilatih untuk menjadi pemandu wisata dan fotografer. Untuk warga sekitar tempat wisata Puncak Kempo dengan pemandangan di bawahnya seperti halnya Raja Ampat di Papua Barat. Beberapa warga juga juga memanfaatkan rumahnya sebagai home stay, ini akan sangat membatu wisatawan dan secara ekonomi warga juga diuntungkan.

Eni menyebutkan, PHR banyak membantu dalam proses pengembangan produk olahan patin dan dekla. Dengan adanya tempat penyimpanan frizer maka hasilnya jadi lebih tahan lama. “Ke depan tentunya hasil olahan ikan patin akan dikemas lebih menarik agar bisa tahan lama dan bisa dipaskan di super market,” katanya.

Refni Juita, pengelola UMKM Dekla, mengatakan adanya pendampingan dari STP Riau menjadikan produk olahan kelapa menjadi lebih bernilai ekonomi, tahan lama dan kemasannya menarik. “Kami mengucapkan terima kasih kepada PHR yang ikut memberikan dukungan kepada UMKM Dekla sangat membantu,” ujarnya.

Winda Damelia, Senior Analyst Social Performance PHR WK Rokan, mengatakan PHR akan terus memberikan pendampingan. PHR juga akan membantu masyarakat Kuto Masjid terus memacu pengembangan ekonomi dengan menyiapkan sarana yang dibutuhkan. “Tujuannya agar mereka mandiri dan bisa jadi pemacu semangat untuk pengembangan ekonomi dan percontohan UMKM daerah lain,” katanya. (AT)