JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan kajian pengembangan relief well untuk dijadikan sumur produksi selesai sebelum akhir tahun ini, sehingga pengembangannya bisa segera dilakukan sejak awal 2020.

Taufik Aditiyawarman, Direktur Operasi dan Produksi PHE, mengungkapkan saat ini masih dilakukan kajian terhadap pengembangan relief well yang sudah berhasil menjadi sarana penutupan kebocoran di sumur YYA-1. Keberadannyapun dari sisi teori bisa dimanfaatkan untuk memproduksi cadangan migas yang tersisa di sekitar sumur YYA.

“Nanti rencananya development (pengembangan) relief well salah satu opsi. Masih ada tiga opsi lainnya apakah kita mau merecover dari tempat lain, tapi most likely itu yang dari relief well (jadi sumur produksi),” kata Taufik di Jakarta, Rabu (6/11).

Menurut Taufik, nantinya kajian pengembangan relief well akan disampaikan terlebih dulu kepada PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha. Salah satu kajian yang sedang dilakukan adalah menghitung sisa cadangan migas serta berapa biaya yang dibutuhkan. Namun dipastikan jika relief well dijadikan sumur produksi kebutuhan biayanya tidak akan terlalu besar.

“Sebelum akhir tahun kajiannya sudah firm. development kapan, time line dan lain-lain. Kami harus ajukan lagi kajian keekonomian ke Persero. Kami harus menghitung cadangan yang sudah keluar berapa, kan beda. Satu kilometer dari sumur YYA-1 apakah kantong cadangan bisa ke recover semua atau harus menambah dua sumur lagi disitu ke titik yg di sini (relief well) itu yang kawan-kawan subsurface sedang kaji untuk optimalisasi capital dan liftingnya,” ungkap Taufik.

Proyek YY sendiri sebenarnya menjadi salah satu andalan untuk menahan penurunan produksi migas nasional tahun ini. Dalam proyeksi SKK Migas, proyek YY harusnya bisa menambah produksi minyak rata-rata 4.602 barel per hari (bph) dan gas sebesar 25 juta kaki kubik per hari (mmscfd).

Saat ini PHE masih fokus dalam menyelesaikan penutupan dua sumur lainnya di proyek YY..

Menurut Taufik ketika sudah selesai ditutup dua sumur lainnya maka platform yang miring juga akan dipotong.

Ditargetkan seluruh sumur akan selesai ditutup permanen pada akhir bulan November dilanjutkan dengan pemotongan platform. “Ketiga sumur akhir bulan November. semua tiga sumur ditutup. Kemudian platform miring mau Kita potong sebelum akhir tahun,” kata Taufik.

PHE kata dia juga tengah menunggu  kajian Kementerian Lingkungan Hidup untuk memastikan minyak yang masih bisa dimanfaatkan untuk kemudian bisa tercatatkan sebagai lifting minyak. Hingga 25 Oktober 2019 jumlah minyak yang berhasil tertangkap namun masih terkandung air di laut sebanyak 6,73 juta liter, sementara untuk minyak yang masih dikarung dan didapatkan dari darat atau pantai tercemar minyak 5,94 juta karung.

“Ini lagi dikaji oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), proposal kami untuk recover-nya seperti apa. KLHK minta prosedur segala macam, nah kami sudah submit. Paling cepat dua minggu (keputusan) di-submit Jumat kemarin,” kata Taufik.(RI)