JAKARTA – Pengembangan gas Blok Masela mulai kembali bergulir seiring diserahkannya revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) oleh Inpex. Seiring dengan itu, konsumen gas Masela mulai menjadi perbincangan. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pun menyatakan minat untuk bisa menyerap gas Masela.

Danny Praditya, Direktur Komersial PGN,  mengatakan sebagai subholding gas yang menjadi penguasa terbesar infrastruktur dan pangsa pasar gas nasional,  mau tidak mau PGN akan terlibat dalam penggunaan gas Masela untuk kebutuhan dalam negeri.

PGN sudah diberikan penugasan subholding, pasti pengelolaan gas itu akan banyak di PGN. Dengan begitu komersialisasi, monotesisasi gas bumi di Indonesia refiningnya ke PGN.

“Maka untuk Masela, kami juga sempat bicara nanti bisa dibawa ke mana. Modalnya seperti apa, harganya berapa, tapi ini kan masih panjang,” kata Danny di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Senin (24/6).

Danny mengatakan komunikasi dengan Inpex Corporation telah dibangun, namun masih belum detail karena diperlukan pembahasan lebih lanjut terkait kontrak dan lain-lain.

Adapun rencana produksi gas Masela adalah sebesar 9,5 juta Metrik Ton Per Annum (MTPA) dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) serta 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd) yang akan diproduksi dan disalurkan melalui pipa.

Menurut Danny, pasokan gas dari Lapangan Abadi sangat potensial untuk menjaga pasokan keperluan gas domestik.

“Ya untuk kesinambungan pasokan di domestik tentunya itu cukup signifikan. Tinggal nanti keekonominannya seperti apa,” ujar Danny.

Ia mengatakan bagi PGN,  kerja sama dengan Inpex dalam pengelolaan gas kedepannya merupakan potensial portofolio bagi perusahaan.

“Kalau PGN sih menganggap itu sebagai potensial portofolio yang akan menjamin pasokan di domestik. Pastinya harus ada kontrak,” ujar Danny.

Menurut Danny, ada dua perusahaan besar di Indonesia yang bisa menyerap gas dalam jumlah besar. Selain PGN, PT PLN (Persero) yang bisa menyerap untuk memenuhi kebutuhan pembangkit.

“PGN itu kan bisninsnya infrastruktur, kemudian komoditas. Komoditas kami jual pada pelanggan akhir, industri, atau PLN. Kami jual dan banderol dengan harga kami,” kata Danny.(RI)