JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menargetkan membangun jaringan gas (Jargas) rumah tangga secara masif  hingga 2020. Rencananya ada 1,2 juta sambungan rumah tangga (RT) yang akan dibangun.

Dilo Seno Widagdo, Direktur Infrastruktur dan Teknologi Perusahaan Gas Negara atau PGN, mengatakan salah satu tantangan untuk membangun jargas dalam jumlah yang banyak adalah ketersediaan dana.

PGN akan membangun jargas dua tahap, yakni tahap menengah dan tahap panjang. Untuk tahap menengah hingga 2020 dibutuhkan dana mencapai Rp12 triliun.

“Dalam dua tahun coba sampai satu juta. Hari ini sudah inventarisasi pelanggan 1,2 juta. Itu butuh capital expenditure sekitar Rp 12 triliun,” kata Dilo di Jakarta, Jumat (26/4).

Dilo mengatakan PGN sudah menyerahkan proposal rencana pengembangan jargas  kepada pemerintah dan sedang dievaluasi. Sambil menunggu evaluasi tersebut, PGN menjajaki berbagai opsi pendanaan. Karena  untuk bisa mengejar target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) ketersediaan 4,7 juta SR, PGN tidak akan sendiri.

“PGN, tidak akan sendiri, sama-sama dengan stakeholders lain, dalam hal ini pemerintah atau yang lain lagi. Untuk ikut bangun Jargas,” kata Dilo.

Menurut Dilo, beberapa skema kerja sama sudah dipertimbangkan. Jadi tidak hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),  tapi skema kerja sama untuk mendapatkan pendanaan pembangunan jargas juga sudah disiapkan seperti,  Kerja Pemerintah Badan Usaha (KPBU), lalu dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan skema Build and Rent. Bahkan perusahaaan asing juga sudah menyatakan minat untuk membangun jargas. “Sehingga Jargas punya fungsi, yang sifatnya penugasan Public Service Obligation (PSO), tapi ada juga nilai nilai keekonomian,” ungkapnya.

Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, mengatakan dalam rencana pembangunannya, PGN akan menggunakan sistem klasterisasi. Jadi ada pembangunan dengan APBN tanpa adanya keuntungan kemudian ada juga pembangunan jargas komersial.

“Dan tentunya ingin kembangkan jargas lebih kepada bisnis yang komersial. Jadi ada strategi kembangkan. Lebih komersil gimana dan tetap bisa layani konsumen-konsumen jargas yang perlu dibantu secara tarif harga spesial. Ada klaster-klaster kembangkan jargas,” kata Gigih.(RI)