JAKARTA – Sejumlah konsumen Bahan Bakar Minyak (BBM) industri meninggalkan produk PT Pertamina (Persero) dan memilih BBM yang dipasok ExxonMobil. Konsumen merupakan industri yang bergerak di sektor jasa pertambangan yang menyerap banyak BBM setiap tahunnya, seperti PT Kideco Jaya Agung dan SIMS Jaya Kaltim, anak usaha PT Samindo Resources Tbk.

Berdasarkan informasi yang diterima Dunia Energi keduanya memilih beralih karena harga BBM Exxon lebih murah dibanding yang dijual Pertamina. “Harganya selisih Rp1.000 per liter, lebih murah dibanding harga solar industri Pertamina,” kata eksekutif di perusahaan jasa tambang.

Sumber Dunia Energi juga mengakui adanya konsumen baru BBM industri. Sayangnya ia tidak mau beberkan jumlah pasti serta harga yang ditawarkan Exxon kepada konsumen baru tersebut.

Namun menurut dia kemungkinan masalah harga tidak menjadi satu-satunya alasan industri mengalihkan sumber pasokan BBM-nya, namun ada juga faktor teknis yang berpengaruh.

Menurut dia, mesin yang digunakan industri tersebut lebih sesuai dengan spesifikasi BBM yang lebih bagus. Karena, kalau BBM yang biasa dibeli dari Pertamina, karena  dicampur FAME banyak residuals yang membuat produktivitas turun dan mesin mesti sering perawatan.

“Mungkin saja beli ke kami (Exxon) karena spek solar yang lebih bagus 500 ppm, Cetane 51 enggak ada di Indonesia.  Mungkin butuh untuk spesifikasi mesin,” kata dia.

Syarif Hidayat, Ketua Hiswana Migas DPC DKI Jakarta dan Sekretaris Hiswana Migas DPD III, mengungkapkan anggota Hiswana Migas sudah tidak banyak menjual BBM ke pelanggan industri. Itu berarti Pertamina langsung yang melakukan transaksi dengan para pelanggan industri. Namun demikian menurut dia jika sudah ke sektor industri  harga BBM sudah dilepas ke harga pasar.

Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan ada persaingan harga pada pasar pelanggan industri. Maka bukan tidak mungkin ada badan usaha lainnya yang menjual BBM solar dengan harga lebih murah dibandingkan harga yang ditawarkan Pertamina

“Anggota Hiswana Migas sedikit sekali yang bermain di solar industri, mungkin saat ini hampir tidak ada. Yang saya tahu kalau BBM industri itu sudah pasar bebas, jadi pasar pasti mengikuti harga mana yang bisa murah,” kata Syarif.(RI)