PEKANBARU – Tidak hanya di Kilang Plaju dan Dumai, PT Pertamina (Persero) juga akan mengembangkan green refinery di Kilang Balongan dan Cilacap. Uji coba untuk mencampur minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dengan minyak mentah ditargetkan bisa dilakukan pada tahun ini.

Heru Setiawan, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, mengatakan dalam road map pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) penggunaan CPO menjadi salah satu opsi yang terus didorong. Empat kilang yang dioperasikan Pertamina diharapkan tidak hanya bisa memproduksi fuel yang diolah dari minyak mentah, tapi juga produksi green fuel dari bahan CPO.

“Mudah-mudahan bisa kami lakukan tahun ini, kalau tidak tahun depan,” kata Heru di Pekanbaru, Riau, Rabu (20/3).

Menurut Heru, dalam pengembangan green refinery di Cilacap dan Balongan, Pertamina belum akan mengajak partner seperti halnya di Plaju yang telah menggandeng ENI. Hingga saat ini, Pertamina masih mengkalkulasi kebutuhan investasinya. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan tidak akan terlalu besar karena Pertamina hanya akan membangun infrastruktur tambahan.

Jika seluruh uji coba co-processing di empat kilang direalisasikan maka impor minyak mentah dapat dikurangi. Program ini diperkirakan akan mengurangi konsumsi minyak mentah sebesar 23 ribu barel per hari (bph) atau setara US$ 500 juta per tahun.

Mengacu data Pertamina, terdapat tiga kilang yang nantinya menghasilkan green gasoline dan green LPG, yakni Kilang Plaju, Cilacap, dan Balongan. Untuk pengolahan CPO di Kilang Dumai akan menghasilkan green diesel atau Solar hijau. Khusus Kilang Cilacap, Pertamina memproyeksikan juga akan menghasilkan green avtur atau avtur hijau.

Dari program co-processing tersebut, Pertamina memproyeksikan produksi green gasoline sebesar 487 ribu Kiloliter (KL) per bulan dan green LPG 104 ribu ton per bulan. Proyeksi produksi green diesel dan green avtur, sesuai data Pertamina, masing-masing 11.500 Barrel Steam Per Day (BSD) dan 11.700 BSD.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan Plaju dan Dumai didorong lebih dulu untuk mengolah CPO karena dekat dengan sumber pasokan CPO, yakni kelapa sawit. Jika tidak ada halangan Pertamina menargetkan dua green refinery bisa beroperasi optimal tiga tahun ke depan.”Ini kan program yang perlu waktu sekitar 2-3 tahun,” kata Nicke.(RI)