JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menambah armada kapal pengangkutan BBM-nya dengan meluncurkan kapal baru VLCC (Very Large Crude Carrier) berkapasitas 2 juta barel. Kapal raksasa yang diberi nama “PERTAMINA PRIME” dan dibangun pada tahun 2018 ini diluncurkan dengan pengapungan kapal untuk pertama kali ke air laut pada Selasa, 19 Januari 2021, di Kumamoto, Jepang dan dijadwalkan serah terima pada 30 Maret 2021 mendatang.

Iman Rahman Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina mengatakan penambahan VLCC baru dalam armada Pertamina mampu meningkatkan daya saing nasional maupun internasional. “Pembangunan Kapal VLCC ini diharapkan dapat memacu Pertamina untuk makin berdaya saing, tidak hanya di sektor regional namun juga internasional,” ujar Imam, Kamis (21/1).

Erry Widiastono, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, mengatakan dengan bidang usaha utama pelayaran atau pengangkutan laut, mendapat tugas sebagai supporting supply chain distribusi untuk pengangkutan kargo impor Pertamina dengan skema FOB (Free On Board).

Menurut Erry “PERTAMINA PRIME” merupakan kapal kedua tipe VLCC yang disiapkan untuk mendukung pengamanan pasokan kebutuhan feedstock kilang yang dijalankan oleh Subholding Refinery & Petrochemical Pertamina. Kedua kapal VLCC tersebut masing-masing memiliki kapasitas angkutan cargo sebesar 324,995 m3 (kondisi 95% capacity) atau sekitar 2 juta barrel yang merupakan single screw driven single deck type crude oil tanker dengan panjang keseluruhan (LOA) 330 meter dan draft 29.35 meter.

Pertamina sebelumnya telah meluncurkan kapal pertamanya “PERTAMINA PRIDE” pada 29 November 2020 dan ditargetkan untuk serah terima pada 9 Februari 2021.

Erry mengatakan, kapal VLCC ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain performa kapal memiliki kecepatan sebesar 16.9 knot yang diperoleh dari keunggulan desain kapal yang menggunakan teknologi Super Stream Duct.

Selain itu, kapal ini juga telah memenuhi requirement terminal modern di dunia dan memenuhi regulasi internasional antara lain IMO Global Sulphur Cap Annex VI Tier III untuk pembatasan emisi gas buang Sulphur Oxide (SOx) dan (NOx).

“Kapal VLCC ini juga lebih efisien dalam penggunaan bahan bahan bakar dan penerapan konsep Eco-Green vessel (lower operation cost berbasis desain yang environmentally friendly) yang menjadikan kapal ini memiliki fuel oil consumption (FOC) sebesar 68.2 Metric Tonne/Day atau lebih irit sebesar 25% dibandingkan dengan kapal sejenis,” ungkap Erry.

Tahun ini memang diperkirakan akan ada peningkatan impor BBM jenis gasoline. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan impor gasoline mencapai 140 juta barel. Ini jadi jumlah volume impor terbesar sejak tahun 2018. Proyeksi peningkatan impor gasoline ini diiringi dengan adanya perkiraan kenaikan konsumsi yang diperkirakan menjadi 233 juta barel. Proyeksi tersebut tidak akan cukup jika hanya mengandalkan kemampuan produksi dalam negeri sebesar 94 juta barel.(RI)