JAKARTA – PT Pertamina (Persero) membutuhkan dana tidak sedikit untuk  mengembangkan bisnis hulu. Untuk itu skema kemitraan menjadi salah satu strategi yang disiapkan perseroan.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan skema pendanaan tidak hanya melalui Initial Public Offering (IPO), tapi di hulu ada berbagai macam strategi yang tengah disapkan. IPO hanya sebagai salah satu opsi atau pilihan dalam mencari pendanaan. Opsi lain adalah menjalin kerja sama dengan mitra untuk mengelola blok migas.

Menurut Nicke, manajemen Pertamina telah membagi hak pengelolaan blok migas ke dalam empat klaster atau kelompok. Ini akan menjadi dasar dalam penentuan klaster mana yang akan diprioritaskan untuk dikerjasamakan. Dari seluruh blok atau wilayah kerja yang saat ini dikelola oleh Pertamina sebagian besar justru belum produktif.

“Kami sudah klaster dari WK yang dimiliki yang produktif hanya 20%, 80% belum optimal. Lebih baik mana, kami investasi atau Participating Interest (PI) dilepas,” kata Nicke disela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (29/6).

Nicke mengaku jika memaksakan untuk berinvestasi di blok -blok yang belum optimal dipastikan akan memakan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu manajemen memutuskan untuk melakukan pelepasan PI di beberapa blok yang dikelola untuk bisa dikelola bersama mitra usaha nantinya.

“Kami ada keterbatasan (dana). Ini sedang kami rumuskan, klaster empat kelompok,” ujar dia.

Adapun empat klaster yang dibagi oleh Pertamina adalah berdasarksn kondisi ratio to production atau berdasarksn kondisi cadangannya dan yang bisa diproduksikan hingga beberapa waktu ke depan atau umur produksi suatu blok migas. Klaster 1 adalah yang umur produksinya diatas 10 tahun.

Klaster 2 adalah umur produksi antara 5 hingga 10 tahum ke depan. Kemudian klaster 3 bisa dikerjasamakan dari sisi skala menengah. Serta klaster 4 yang ternyata tidak memenuhi sebagian syarat untuk terus dikelola oleh Pertamina.

Nicke mengatakan blok-blok yang termasuk dalam klaster 4  nantinya akan menjadi prioritas untuk dicarikan mitra pengelola. “Klaster 4, yang enggak cocok dengan Pertamina,” kata dia.

Menurut Nicke, sebagai perusahaan besar maka Pertamina lebih pas untuk mengelola blok yang punya potensi besar serta mampu memproduksi migas dalam jumlah besar juga. Pertamina kedepan sudah tidak akan lagi jor-joran secara penuh blok-blok yang dinilai tidak menunjukkan performa yang kurang optimal.

“Yang lebih kecil perusahaannya lebih pas (kelola), ini yang mau kita lepas, klaster 4 paling dulu yang akan kami lepas terlebih dulu,” kata Nicke.(RI)