JAKARTA – PT Pertamina (Persero), Rosneft dan PT PLN (Persero) menandatangani nota kesepahaman untuk melakukan kajian bersama dalam penyediaan listrik untuk kebutuhan proyek GRR Tuban. Penandatanganan dilakukan oleh Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya dan Pavel Vagero selaku Direktur Keuangan dan Umum serta General Manager PLN Unit Distribusi Jawa Adi Priyanto.

Pahala N Mansury, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I, menyatakan penyediaan listrik untuk NGRR Tuban akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. “Bagi PLN kerja sama ini akan meningkatkan serapan tenaga listrik sehingga akan meningkatkan pendapatan, sementara untuk Pertamina Rosneft kerja sama ini akan membuat lebih fokus untuk meningkatkan kompetitifnya,” kata Pahala (24/9).

Melalui nota kesepahaman ini, Pertamina Rosneft dan PLN akan membuka peluang untuk melaksanakan kajian bersama untuk memastikan penyediaan suplai listrik hingga 20 Megawatt (MW) selama fase konstruksi dan commissioning. Selain itu dari hasil kajian tersebut nantinya akan ditentukan skema kerja sama yang paling optimal dan menguntungkan dari aspek bisnis serta akan mencakup pada penentuan penyediaan infrastruktur penunjang dan skenario konfigurasi sistem dan peralatan.

“Fase konstruksi ditargetkan akan dimulai pada triwulan ke 3 tahun 2023 dan perkiraan kebutuhan listrik GRR Tuban pada fase ini yaitu sebesar 20 MW. Sedangkan untuk tahapan commissioning start-up utility yang akan dimulai di tahun pada triwulan ke 2 tahun 2026 kebutuhan listrik dapat mencapai 50 MW”, ungkap Djoko Priyono Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional.

Menurut Djoko konfigurasi Kilang Pertamina Rosneft saat ini memerlukan kepastian jaminan operasional kilang tanpa terputusnya aliran listrik sehingga diperlukan pasokan listrik yang andal.

“Berhentinya operasi kilang dalam 1 hari sama dengan hilangnya potensi revenue sebesar US$34 juta (setara dengan Rp480 miliar) sehingga dibutuhkan jaminan suplai energi listrik terus menerus yang andal dengan “zero total failure”,” kata Djoko.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengungkapkan nota kesepahaman ini akan berlaku selama 1 (satu) tahun dan hasil kajian bersama ini akan dituangkan dalam Kerja sama penyediaan listrik GRR Tuban dalam format Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik.

“Pada tahap operasi kebutuhan listrik secara total untuk kondisi normal operasi mencapai 678 MW melalui konfigurasi kombinasi suplai self-power generation dari kilang GRR Tuban serta electrical power grid dari PLN dan direncanakan PLN akan mensuplai hingga 500 MW,” jelas Zulkifli.

Kerja sama antara Pertamina Group dan PLN sendiri terutama untuk operasional kilang BBM bukan yang pertama. Sebelumnya PT Pertamina (Persero) meneken perjanjian kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan kelistrikan untuk 5 kilang Pertamina di Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju- Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan dengan kebutuhan total daya listrik yang disuplai mencapai 217 MVA yang selanjutnya dapat bertambah 104 MVA.