JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memastikan kehadiran mitra dalam seluruh proyek kilang tidak dapat ditawar, terutama untuk urusan pendanaan yang diperkirakan bisa mencapai US$48 miliar. Ignatius Tallulembang, Direktur Utama PT Pertamina Kilang Internasional, mengatakan target manajemen adalah untuk mendongkrak kapasitas kilang Pertamina menjadi 1,8 juta barel per hari (bph) sehingga bisa jadi yang terbesar di wilayah Asia Tenggara. Kebutuhan investasi untuk menaikkan kapasitas kilang mencapai US$48-50 miliar.

“Ini kalau menggunakan dana sendiri, tentu tidak sanggup, sehingga dalam membangun kilang Pertamina sangat butuh partner. Selain share pendanaan, bisa share risiko,” kata Tallulembang dalam sesi diskusi secara virtual, akhir pekan lalu.

Menurut Tallulembang, Pertamina membuka dua skema kemitraan, yakni mitra strategis (strategic investor) dan finansial (financial investor).

“Intinya strategic investor ini perusahaan oil and gas ternama dan pernah membangun kilang. Biasanya mereka terlibat sejak awal, mereka akan bawa teknologi dan keahlian. Mereka juga biasanya punya persyaratan khusus, misalnya menawarkan minyak mentah atau pemasaran bersama,” ungkap dia.

Untuk mitra finansial biasanya hanya terlibat untuk pendanaan dan tidak terlalu banyak intervensi terhadap proyek dan memberikan keleluasaan Pertamina dalam menjalankan bisnisnya. “Yang penting profit yang akan kami share saat pembagian dividen,” ujar dia.

Sejauh ini, realisasi pembangunan kilang bersama mitra baru terjalin di Kilang Tuban dimana Pertamina telah menggandeng Rosneft Oil Company asal Rusia. Selain itu, perusahaan masih mencari mitra strategis untuk Proyek Kilang Bontang. Kemudian, Pertamina melakukan penjajakan kerja sama dengan lembaga perbankan asal Korea Selatan K-Sure dan Exim Bank Korea Selatan sebagai mitra finansial serta dengan Mubadala Investment Company.

Pertamina sendiri menargetkan seluruh pengembangan dan pembangunan kilang akan rampung sekitar 2026-2027 dengan kompleksitas kilang meningkat signifikan sehingga dapat mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur hingga 2% dan yield produk bernilai meningkat ke 95%. Kilang juga akan menghasilkan BBM sebanyak 1,5 juta bph dan produk petrokimia 8.600 kilo ton per tahun (kilo ton per annum/ktpa).(RI)