JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Power Indonesia, Subholding Pertamina New Renewable Energy  telah menandatangani nota kesepahaman dalam rangka sinergi menjajaki peluang pengembangan hidrogen dan penyediaan energi. Pahala Mansury, Wakil Menteri BUMN I, mengatakan kerja sama Pupuk Indonesia dengan Pertamina Power Indonesia sejalan dengan target net zero emission.

“Ke depan BUMN perlu berupaya untuk mencapai target Indonesia menuju net zero emission sebelum 2060. Dan pada 2030 nanti yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa emisi karbon yang dimiliki Indonesia atau yang dihasilkan Indonesia akan mengalami penurunan hingga 29%,” kata Pahala saat acara penandatangan yang digelar secara virtual, Senin (2/8).

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengatakan saat ini Pertamina tengah melakukan transisi energi yang sejalan dengan Grand Energy Strategy Indonesia, yaitu dari pengembangan yang didominasi energi berbasis fosil ke arah energi baru dan terbarukan.

“Sinergi BUMN antara Pertamina Power Indonesia sebagai subholding PNRE dengan Pupuk Indonesia ini sesuai dengan target transisi energi Pertamina dalam 5 – 6 tahun ke depan, meningkatkan energy mix dari new and renewable energy sebesar 10 GW, yaitu 6 GW berbasis gas, 3 GW renewable energy, dan 1 GW new energy yang termasuk di dalamnya adalah hydrogen,” kata Nicke.

Pertamina saat ini mengembangkan hidrogen sebagai energi baru, baik blue hydrogen maupun green hydrogen. Untuk green hydrogen saat ini pengkajian dan uji coba dilakukan di wilayah kerja panas bumi Ulubelu yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Pertamina NRE beberapa waktu lalu juga telah menandatangani kerja sama dengan sejumlah pihak untuk mengembangkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), khususnya di Field Gundih dan Field Sukowati.

Nota kesepahaman Pertamina-Pupuk Indonesia juga mencakup sejumlah hal seperti kajian kebutuhan green ammonia dan blue ammonia oleh Pupuk Indonesia, kajian harga jual-beli bahan baku hidrogen oleh Pertamina Power Indonesia, pemanfaatan sarana masing-masing perusahaan yang menunjang penerapan Carbon Capture Storage (CCS). Selain itu juga pengembangan kompetensi personil dalam teknologi komersialisasi Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Selain itu, adapula kajian mengenai pengembangan secara strategis yang menguntungkan kedua belah pihak.

Bakir Pasaman, Direktur Utama Pupuk Indonesia, mengatakan kerja sama Pupuk Indonesia-Pertamina tidak terbatas pada pengembangan hidrogen dan penyediaan energi saja. Namun juga pemanfaatan sarana dan peralatan teknologi dan komersialisasi green ammonia dan blue ammonia dengan menggunakan hidrogen sebagai bahan baku yang diproduksi oleh Pertamina Power Indonesia.

“Pupuk Indonesia Grup, menaruh perhatian besar terhadap pengurangan emisi karbon dan kami sudah mengkaji pengembangan green ammonia, selain juga blue ammonia,” ujar Bakir.

Amonia merupakan bahan baku utama untuk memproduksi pupuk. Sedangkan green ammonia dan blue ammonia merupakan ammonia yang diproses dan dihasilkan dari sumber energi yang terbarukan. Ammonia jenis ini memiliki kandungan karbon rendah, sehingga lebih ramah lingkungan dan dapat menjadi bahan baku pupuk di masa depan.

Untuk blue ammonia produksinya menggunakan blue hydrogen yang berasal dari sumber energi fosil. Karbon yang terbentuk dari proses produksi blue ammonia yaitu CO2 harus diinjeksikan kembali ke dalam perut bumi, dan terkait hal ini dikenal sebagai Carbon Capture Storage (CCS) Technology. Dari segi keekonomian, lebih efisien apabila CO2 dapat diinjeksikan ke dalam reservoir minyak ataupun gas yang sudah tidak digunakan lagi, dan lokasinya berdekatan dengan pabrik pupuk. Sedangkan green ammonia produksinya menggunakan green hydrogen yang berasal dari sumber energi bersih, seperti energi panas bumi.

“Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yang tengah gencar mengkampanyekan pengurangan emisi karbon dalam rangka menciptakan industri yang lebih sustainable dan ramah lingkungan,” kata Bakir Pasaman.(RA)