JAKARTA – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mulai operasikan rig ke-17 di blok Rokan. Penambahan penggunaan rig tersebut membuat PHR telah melakukan pengeboran sumur ke-100 pasca alih kelola dari Chevron Pacific Indonesia (CPI). Pada minggu malam (21/11) sekitar pukul 21:00 WIB, PHR melakukan pengeboran sumur Petapahan 462 yang berlokasi di Kabupaten Kampar.

Mulai pekan lalu, PHR telah mengoperasikan rig ke-17, yang merupakan jumlah rig yang sesuai rencana kerja PHR untuk mendukung program pengeboran yang masif dan agresif hingga akhir tahun ini, sekitar 161 sumur tajak.

Kegiatan pengeboran sumur baru dan kerja ulang sumur lama terus dilakukan untuk meningkatkan produksi. Saat ini PHR di blok Rokan memproduksi sekitar 162 ribu barel minyak per hari (BPH), atau naik 4 ribu BPH dibandingkan sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158 ribu BPH.

”Pencapaian luar biasa ini merupakan wujud komitmen seluruh Pekerja di WK Rokan untuk meningkatkan produksi guna mendukung ketahanan energi nasional. Kami menyadari bahwa multiplier effect (manfaat berganda, Red.) dari operasi WK Rokan sangat besar bagi devisa negara, pendapatan daerah, maupun perekonomian masyarakat di sekitar wilayah operasi,” kata  Jaffee A. Suardin, Dirut PHR (24/11).

Produksi PHR WK Rokan menyumbangkan hampir seperempat dari total jumlah produksi minyak nasional dan merupakan salah satu tulang punggung upaya pencapaian target produksi nasional minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030.

Rencana kerja masif dan agresif PHR WK Rokan dijalankan melalui program pengeboran sumur-sumur produksi baru, pengelolaan kinerja base business untuk menahan laju penurunan produksi alamiah, dan keandalan fasilitas operasi. “Berbagai terobosan dilakukan agar target sumur baru dapat tercapai, di antaranya, tim pengeboran melakukan beberapa kegiatan secara paralel (offline activity), meningkatkan keandalan peralatan pengeboran, dan menyusun perencanaan yang matang dalam pemenuhan sumber daya pendukung agar menghindari terjadinya waktu menunggu servis atau material. Berbagai terobosan itu sejalan dengan semangat Pertamina untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang efisien,” jelas Jaffee.

Selain dari sisi produksi, PHR WK Rokan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara dan daerah. Dalam periode dua bulan pertama pasca alih kelola, PHR WK Rokan menyumbangkan penerimaan negara melalui penjualan minyak mentah bagian negara sekitar Rp 2,1 triliun dan pembayaran pajak sekitar Rp 607,5 miliar termasuk pajak-pajak ke daerah. (RI)