JAKARTA – PT Pertamina (Persero) siap untuk tidak melanjutkan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Cilacap dengan Saudi Aramco. Ini ditunjukkan dengan telah meminta restu kepada pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melanjutkan proyek secara mandiri.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan Pertamina mengajukan usulan ke Menteri ESDM perihal tindak lanjut kerja sama dengan Saudi Aramco untuk melanjutkan proyek secara mandiri seperti pola RDMP Balikpapan,

“Sampaikan hari ini kami belum mendapatkan kesepakatan dengan Saudi Aramco yang menjadi partner. Terkait degan satu item hasil atau nilai valuasi dari existing refinery,” kata Nicke di Jakarta, Selasa (14/5).

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, sebelumnya juga telah menemui Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia. Dalam pertemuan tersebut Jonan mengakui dilakukan pembahasan terkait kelanjutan kerja sama Saudi Aramco dengan Pertamina.

Di dalam konsep RDMP Balikpapan, Pertamina membangun kilang secara mandiri baru kemudian mitra masuk saat pembangunan berlangsung sehingga mitra tersebut harus menyepakati berbagai syarat ataupun model kerja sama yang diajukan Pertamina.

Persoalan aset di kilang Cilacap memang jadi masalah yang tidak kunjung memukan solusi. Pertamina menilai aset eksisting di kilang Cilacap memiliki nilai cukup besar saat diinbrengkan. Namun tidak demikian bagi Saudi Aramco.

Padahal keduanya telah menunjuk verifikator independen yakni PwC untuk menilai aset eksisting kilang Cilacap, tapi tetap saja belum mencapai kesepatakan.

Heru Setiawan, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, mengatakan baik Pertamina maupun Saudi Aramco memiliki asumsi sendiri. “Kita masih lihat kalau kilang Cilacap masih miliki nilai yang besar, sementara mereka lihat kalau kilang Cilacap tuh banyak sekali hambatan-hambatannya,” kata Heru.

Jika menjalankan proyek RDMP Cilacap secara mandiri, maka akan ada penyesuian dalam mengesekusi proyek tersebut.

Heru menjelaskan salah satu tantangan terbesar jika membangun secara mandiri adalah ketersediaan dana yang cukup besar harus disediakan Pertamina, karena itu pembangunan dilakukan secara bertahap. “Iya bertahap, kita sesuaikan dengan konfigurasinya,” ujarnya.

Revitalisasi Kilang Cilacap akan meningkatkan kapasitas produksi kilang hingga 400 ribu barel per hari (bph), dari kapasitas saat ini sebesar 358 ribu bph. Meskipun dari sisi volume tidak terlalu besar peningkatannya, tapi kompleksitas produksi kilang akan semakin meningkat tajam dengan standar NCI menjadi 9,4 meningkat pesat dari sebelumnya yang hanya 4.

Pada proyek Kilang Cilacap Pertamina memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Pembagian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan kedua perusahaan dalam head of agreement yang ditandatangani akhir 2015.(RI)