JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi,  masih berpeluang untuk meningkatkan porsi sahamnya di kilang Bontang. Saat ini Pertamina masih memiliki saham 10% sementara mitranya yang ditunjuk sejak 2018 Oman Overseas Oil and Gas LLC (OOG) memiliki saham mayoritas sebesar 90%.

Constant M Ponggawa Legal, Adviser OOG menjelaskan, pembicaraan dengan Pertamina terkait kelanjutan pembangunan terus berlangsung. Pertamina masih tetap diberikan kesempatan untuk meningkatkan sahamnya setelah beberapa proses persiapan dan kajian pembangunan dilakukan.

OOG memiliki komitmen bahwa Pertamina selalu diberi kesempatan untuk meningkatkan kepemilikan saham mereka di Kilang Bontang. “Masih 90% dan 10% untuk tahap pertama. Ya, masih ada celah bagi Pertamina tentang hak mereka untuk meningkatkan kepemilikan saham dari 10 persen. Kami belum memasuki diskusi (untuk meningkatkannya).,” kata Constant di Jakarta, Senin (15/4).

Constant menyatakan untuk proses pembentukan perusahaan patungan atau Joint Venture (JV) ditargetkan bisa rampung pada akhir tahun ini. “Berdasarkan perjanjian kerangka kerja antisipasi pada akhir tahun ini untuk mendirikan perusahaan JV (joint venture). Kami masih punya banyak waktu untuk membahasnya. Kami sudah memulai diskusi,” katanya.

Saat ini OOG melakukan bankable feasibility study untuk memastikan jumlah biaya serta potensi untuk mendapatkan partner dalam pembiayaan. Kebutuhan dana untuk membangun kilang Bontang terbilang sangat besar, yakni sekitar US$ 15 miliar karena itu strategi partnership dibutuhkan dalam megaproyek ini. Pertamina tidak diharuskan menyetorkan dana dalam pembentukan perusahaan patungan.

“Kami berharap bisa dapat uang dari proyek ini, karena nilainya besar. Dan pendanaannya dari pinjaman, jadi kami harus mengembalikannya,” kata Khalfan Al Riyami, Direktur Utama OOG.

Kilang Bontang merupakan proyek pertama dan satu-satunya OOG di Indonesia. OOG menilai investasi kilang di Indonesia merupakan peluang besar lantaran kebutuhan energi diyakini akan terus meningkat. Apalagi jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar juga merupakan pasar yang cukup bagus bagi produk-produk kilang.

“Kemudian Indonesia juga memiliki pertumbuhan tinggi dari sisi statistic minyak di dunia, juga secara [pertumbuhan] ekonomi. Ada kebutuhan besar untuk refinery di Indonesia,” ujarnya.

Pembangunan kilang di Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penambahan kapasitas pengolahan minyak sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan produk utama berupa gasoline dan diesel.

OOG paralel dengan persiapan membangun kilang tengah mencari mitra pembangunan tidak hanya dari sisi pembiayaan tapi juga berbagai fasilitas lainnya maupun teknologi kilang.

OOG awalnya ditunjuk Pertamina tidak sendiri menggarap proyek kilang Bontang yakni Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) yang merupakan trading arm Cosmo Energy Group, perusahaan pengolahan minyak Jepang. Namun dalam penandatanganan framework agreement dengan Pertamina beberapa waktu lalu, pihak Cosmo tidak ikut dalam proses tersebut. “Kami juga tengah mencari perusahaan lain untuk digaet sebagai mitra,” kata Khalfan. (RI)