JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi,  mengklaim sukses mencatatkan pertumbuhan positif laba bersih hingga semester I tahun 2019 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pahala N Mansury, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan pertumbuhan laba bersih mencapai 112% (year-on-year). Pahala tidak menyebutkan nilai yang diperoleh lantaran harus melalui proses audit.

“112% naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” kata Pahala ditemui disela The 7th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2019, Jakarta, Senin (13/8).

Pahala menjelaskan jika dilihat dari sisi pendapatan, realisasinya mengalami penurunan dibanding tahun lalu lantaran harga minyak juga alami penurunan. Untungnya perusahaan berhasil melakukan efisiensi sehingga biaya produksi minyak berhasil dicapai.

Pahala menuturkan pada 2019 rata-rata harga minyak US$67an per barel, sementara untuk tahun ini rata-rata US$63an per barel.

“Pendapatan tahun ini agak sedikit turun karena turunnya harga minyak menyebabkan kita punya revenue agak turun sedikit juga tapi di sisi cost turunnya lebih besar. Karena harga pembelian ICP untuk downstream kami sebabkan profitabilitas membaik, naik 112%,” jelas Pahala.

Selain itu juga perusahaan bisa meningkatkan produksi migasnya pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Tidak hanya dari lapangan terminasi yang baru masuk seperti Jambi Merang, produksi juga meningkat karena kinerja di blok eksisting cukup positif. “Kita juga tahun ini sampai dengan bulan juni produksi minyak kita naik 8%. Itu memang ada jambi merang yang masuk Februari 2019, tapi sebetulnya kita juga dari blok-blok yang eksisting tumbuh juga,” kata Pahala.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, menyatakan ada beberapa aset yang realisasi produksi migasnya masih di bawah target. Namun, produksi migas beberapa aset lain tercatat berhasil melampaui target yang ditetapkan. Meski demikian, secara total, realisasi produksi migas tercatat cukup baik.

“Produksi minyak itu 413 ribu barel per hari (bph), lifting-nya 369 ribu bph. Kemudian produksi gas 2.856 mmscfd (million standard cubic feet per day/juta kaki kubik per hari), lifting-nya 2.113 mmscfd,” tuturnya.

Realisasi produksi minyak Pertamina ini 99,76% dari target perusahaan 414 ribu bph. Sementara produksi gas 2.856 mmscfd ini setara 97,04% dari target perusahaan 2.943 mmscfd. Secara total, target produksi migas Pertamina tahun ini yakni sebesar 922 ribu barel oil ekuivalen per hari (boepd).

Namun demikian, realisasi produksi minyak 413 ribu bph hingga Juni lalu ini hanya merupakan produksi bagian perseroan. Artinya, volume ini tidak termasuk jatah produksi yang menjadi milik daerah yang memegang kepemilikan hak partisipasi (participating interest/PI) 10%. “Jadi secara overall (produksi minyak) di atas 414 ribu bph. Tetapi tidak dimasukkan ke buku Pertamina,” kata Dharmawan. (RI)