PALEMBANG – Tim Zona 8 PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sukses menjadi yang terbaik dalam Upstream Fire and Rescue Challenge (UFRC) 2022 yang digelar sejak 18-21 Juli di HSE Training Center (HSE TC) Sungai Gerong, Palembang, Sumatera Selatan. PHM berhasil keluar menduduki peringkat pertama setelah unggul di sebagian besar skenario pemadaman kebakaran dan penyelamatan.

Surahman, Wakil Ketua Pantia dan Inisiator UFRC 2022, mengungkapkan UFRC membuka mata manajemen bahwa ternyata masing-masing zona memiliki kemampuan HSSE yang berbeda. Untuk itu evaluasi dari kegiatan ini adalah bisa membantu dibuat perencanaan lebih komperehensif untuk bisa meningkatkan standar kemampuan HSSE atau meratakan semua kemampuan di setiap zona.

“Memang secara kemampuan ada beberapa menonjol misalnya skill tali menali, rescue, fire fighting itu memang tugas kami melihat gap itu dari subholding akan setarakan prosedurnya biar semuanya bisa sama,” kata Surahman, Kamis (21/7).

Dia menuturkan seluruh peserta sebenarnya sudah menujukkan kemampuan rescue diatas standar yang telah diterapkan, hanya saja tim PHM mampu menaikkan standar tersebut melalui raihan penilaian yang memuaskan.

Dia menilai sejak awal sistem di PHM sudah berjalan baik dan secara skill knowledge individu juga unggul. “Termasuk bebrapa cabang (skenario tantangan) yang mungkin tim lain susah, mereka sudah kuasai, mereka punya sarana fasilitas lengkap. Tim lain mungkin fokus di fire tapi mereka sudah siap di skenario lainnya,” ungkap Surahman.

UFRC inilah kata dia salah satu tujuan utamanya untuk bisa berbagi pengetahuan tentang HSSE yang sangat krusial penerapan dan implementasinya di bisnis migas. Menurutnya salah satu yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan membuat skill HSSE masing-masing pekerja sama adalah dengan memanfaatkan fasilitas dan infrastruktur yang ada di HSE TC Sungai Gerong salah satu fungsi dibawah Pertamina Corporate University dan Direktorat Sumber Daya Manusia Pertamina.

“Kita akan dorong, masing-masing zona rutin latihan jadi ga di HSE TC Sungai Gerong. Di sini fasilitas alat lengkap mulai dari rescue, fire fighting atau water rescue kami dorong kesini aja setiap zona itu jadi kompetensi training bisa sama,” jelas Surahman yang juga sebagai Senior Analyst Emergency Response Crisis Management (ERCM) PHE.

Sementara itu, Rachmad Dany, Kapten dari tim Zona 8 PHM, menuturkan pada dasarnya perwira PHM selalu dalam kondisi siap siaga. Menghadapi UFRC 2022 ini, tim zona 8 mengintensifkan berbagai skenario rescue bersama dengan para profesional berpengalaman di perusahaan.

“Kami seminggu intensif latihan dilatih senior yang punya experience lebih lalu setiap evaluasi kami belajar karena tujuan utama sharing ilmu dari sini kita dapat teknik yang kita pakai ngga update jadi update tanya ke panitia dan lainnya,“ jelas Rachmad

Selain itu, salah satu kunci tim zona 8 selalu siap adalah adanya keiginan untuk terus belajar dan berbagi pengetahuan dengan pekerja Pertamina dari zona lainnya. Menurutnya ajang seperti UFRC ini besar manfaatnya jika diadakan secara berkelanjutan karena jelas mampu membantu para pekerja Pertamina terutama yang ada di daerah operasi selalu dalam kondisi siap tanggap bencana. Dia mencontohkan di tim zona 8 justru menempati posisi yang sangat beragam tidak khusus di tim HSSE.

“Misalnya kami nggak hanya satu departemen, tapi ada operator ada mekanik, maintenance dan beda juga dari setiap lokasi lapangan. Event seperti UFRC ini untuk tingkatkan memory, exercise, kita justru mencari memang cari seperti ini untuk meningkatkan adrenalin seolah real kejadian emergency. Untuk menjaga kesigapan adrenalin kita rutin ikuti adrenalin seolah sedang selatmakkan korban kalau hanya ilmu (teori) tapi tidak praktek insting nanti kurang,” jelas Rachmad.

PHM berhasil unggul di beberapa skenario di UFRC 2022, diantaranya Basic Life Support, Mechanical Advantage, Fire Gear & SCBA Skill serta Simulator OSC. Kemudiaan ada Structure Fire and Rescue, Manifold Firefighting, Firefighter Physical Aptitude Test dan terakhir Confined Space & High Angle Rescue.

Salah satu tim pekerja PHE bersiap bertarung melawan si jago merah dalam gelaran UFRC 2022 (Foto/Dok/Dunia Energi)

Yoseph Adithyawan, tim juri UFRC 2022, menjelaskan small group competition terdiri dari Basic Life Support, Mechanical Advantage, Fire Gear & SCBA Skill harus diselesaikan secara individu atau dua orang setiap tim. Basic life support, para peserta dituntut untuk bisa melakukan tindakan pertama penyelamatan bagi korban yang mengalami henti nadi atau nafas. Kemudian untuk Mechanical Advantage para pekerja di lingkungan SHU minimal harus memahami pengetahuan tali temali yang diperlukan untuk melakukan berbagai tindakan penyelamatan. Serta ada Fire Gear & SCBA Skill dimana para pekerja dituntut untuk mengetahui dasar peralatan pemadam kebakaran.

“Yang dinilai itu ketepatan prosedur dalam melakukan tanggap darurat serta langkah kerja dalam penanggulangan keadaan darurat secara individu,” kata Yoseph.

Skenario tantangan selanjutnya adalah Structure Fire and Rescue. Kendy Pontoan, tim juri UFRC, menuturkan untuk tantangan ini para peserta dituntut untuk bisa melakukan pemadaman di dalam bangunan bertingkat sekaligus mengevakuasi korban yang terjebak di dalamnya.

Menurut Kendy, para peserta sudah mampu memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh panitia. Ini membuktikan bahwa para pekerja di lingkungan SHU sudah memiliki kemampuan dasar yang sangat penting untuk melakukan evakuasi gedung terbakar. Kriteria penilaian yang utama seperti teknik evakuasi dan pemadaman api. “Ini sangat kritikal, korban secepatnya dikeluarkan dari gedung maksimal 15 menit. rata-rata sudah kurang dari 15 menit. Kemudian dilihat juga metode pemadaman kebakarannya,” ungkap Kendy.

Satu tantangan yang paling dinantikan dan paling memiliki risiko adalah Manifold Firefighting. Ini adalah pertarungan antara manusia dengan api yang disebabkan oleh kebocoran minyak dan gas.

Dwi Cahyono, Ketua tim juri UFRC, menyatakan beberapa kriteria penilaian untuk skenario kali ini antara lain incident command control, kemudian teknik pemadaman, penempatan pasukan pemadanam di titik-titik tertentu untuk memudahkan dalam mengendalikan kobaran api. “Jadi dlihat juga arah angin gimana baru mereka nanti tentukan strategy approach baru valve ditutup,” ujar Dwi.

Sementara itu, Yan Martes Andreas, VP Pertamina Corporate University, menuturkan kegiatan seperti UFRC sudah sewajarnya bisa berjalan rutin, tidak hanya SHU tapi juga Subholding lain di bawah Pertamina. “HSE TC Sungai Gerong itu bukan hanya untuk belajar tapi kembangkan budaya HSE dari sini harusnya. Ini tempat belajar. Semua untuk jadi leader kan belajar, ini tempat belajarnya,” kata Yan.

HSE TC Sungai Gerong juga tidak akan berjalan ditempat. Sebagai langkah mendukung perkembangan zaman, manjemen HSE TC juga sudah siapkan modul pelatihan modern. “Kita buat culture baru bagaimana buat aspek kekinian kita lari ke digitalidasi. September nanti ada demo room digital pelatihan HSSE, ” ungkap Yan.

Leodan Haadin, VP HSSE Performance & Post Event Management Pertamina, menyatakan bahwa ajang UFRC 2022 diharapkan jadi trigger untuk kembalikan marwah sebenarnya fungsi dan kegunaan dari keberadaan HSE TC Sungai Gerong. Dia menuturkan sejak awal berdiri, Pertamina secara tegas menempatkan HSSE sebagai syarat wajib yang harus dipenuhi setiap pekerja Pertamina.

“Bahkan saya ingat ada filosofi Ibnu Sutowo pendiri Pertamina dan, inisiator HSE TC Sungai Gerong tidak ada satu orangpun yang boleh masuk area operasi Pertamina sebelum melalui HSE TC Sungai Gerong. Marwah itu harus ditumbuhkan lagi, dan acara-acara seperti ini (UFRC) penting untuk hidupkan lagi semangat itu,” ungkap Leodan. (RI)