NUSA DUA – PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu perusahaan paling ambisius dalam rencana menerapkan teknologi untuk menekan emisi karbon Carbon Capture Storage (CCS) / Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Setidaknya ada enam proyek CCS/CCUS yang tengah digarap Pertamina pada saat ini.

Oki Muraza, Senior Vice President (SVP) Research & Technology Innovation Pertamina, mengungkapkan ada tahapan panjang dalam menerapkan CCS/CCUS. Enam proyek yang difokuskan Pertamina saat ini, katanya, masih dalam tahap proses studi.

Menurut Oki, sejauh ini yang paling memungkinkan adalah memanfaatkan teknologi CCS/CCUS untuk mengimplementasikan mekanisme produksi minyak Enhanced Oil Recovery (EOR). “Memang untuk di Indonesia paling paling cepat dulu dimanfaatkan untuk EOR, jadi menginjeksikan CO2 ke reservoir untuk meningkatkan produksi,” kata Oki, di sela-sela diskusi even paralel G20, di Nusa Dua, Senin (29/8).

Dia menambahkan enam proyek yang sedang diusung Pertamina adalah  CCS/CCUS Hubs Central Sumatera. Kemudian, proyek CCS for Coal to Demithyl Ether (DME) Plant di Tanjung Enim (South Sumatera), CCS/CCUS Hubs Kutai and South Asri Basin, CCUS/EGR Gundih, CCUS CO2 – EOR Sukowati dan terakhir CCS di Donggi Matindok (Central Sulawesi).

Apabila CCS dan CCUS diterapkanm kata Oki, akan ada industri baru yang bisa langsung lahir dan bisa memberikan manfaat. “Ini adalah bonus yang kami punya. Ketika kami punya CCUS maka kami akan punya proyek  low carbon ammonia ,” katanya.

Namun, Oki mengatakan ada beberapa dukungan yang diperlukan untuk bisa mempercepat implementasi proyek CCUS. Antara lain regulasi dalam implementasi CCS/CCUS dari Menteri ESDM dan  Carbon Economy Value (NEK) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Jadi memang perlu regulasi juag salah satunya dari Kementerian ESDM untuk implementasikan CCS/CCUS ini,” ungkapnya.(RI)