JAKARTA – PT Pertamina EP Cepu (PEPC) segera melakukan pengeboran  di proyek Jambaran Tiung Biru (JTB). Total ada enam sumur yang akan dibor secara bertahap. Tahap persiapan akhir pengeboran bahkan sudah hampir selesai dilakukan.

Jamsaton Nababan, Direktur Utama PEPC,  mengatakan dari enam sumur yang akan dibor empat sumur yang terletak di Wellpad Jambaran East dan dua di Wellpad Jambaran Central. “Tahapan drilling ditargetkan selesai kuartal I 2021 untuk mendukung target onstream GPF kuartal II 2021,” kata Jamsaton, Minggu (14/7).

Ia menegaskan saat ini sedang dilakukan mobilisasi peralatan rig ke lokasi dimana akan dilakukan dengan metode batch-drilling. Melewati kuartal II 2019, pengerjaan proyek JTB menunjukkan kinerja yang progresif dari aspek konstruksi, drilling maupun skema project financing.

Kemudian progres konstruksi Gas Processing Facilities (GPF) telah melampaui target progres di angka 25% atau lebih cepat 1% dari target 24% pada kuartal II 2019.

“Percepatan progress konstruksi ini merupakan bentuk komitmen PEPC untuk selalu progresif dalam rangka mengoptimalkan produksi cadangan migas nasional,” katanya.

Menurut Jamsaton, sampai saat ini pengerjaan proyek masih on schedule dan diharapkan progress konstruksi GPF akan bertambah maju sesuai dengan S-Curve yang telah disepakati antara PEPC dengan konsorsium RJJ selaku pelaksana pekerjaan.

Lebih lanjut Jamsaton menyatakan bahwa percepatan konstruksi GPF merupakan bagian krusial dari manajemen proyek. GPF sendiri adalah fasilitas yang berfungsi memproduksi gas dari Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan target gas onstream / komersil pada 2021 dengan sales gas sebesar 192 MMSCFD.

“GPF yang akan dibangun menggunakan teknologi dan dirancang  guna mendapatkan kehandalan operasi dan ramah lingkungan untuk berproduksi selama 25 tahun,” ujar Jamsaton dalam keterangan tertulisnya.

Selain itu, PEPC telah menunjukkan performa dan komitmennya untuk mengawal kelancaran proses drilling proyek Jambaran-Tiung Biru. “Fokus kami adalah mengejar dan mempercepat key indicators dalam mengoptimalkan jadwal pengeboran sebelum tajak sumur tahun ini,” jelas Jamsaton.

Dari aspek HSSE, PEPC memastikan seluruh operasionalnya dilaksanakan dengan prudent dan sesuai kaidah operational excellence, berwawasan lingkungan dengan menerapkan standar tinggi terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Per bulan Juni 2019 ini, Total Recordable Injury Rate (TRIR) berada jauh di bawah toleransi, “0” , dan selama tahun 2019 telah tercapai 2,2 juta jam kerja aman untuk proyek JTB.

Tak hanya progress konstruksi dan drilling, dalam skema project financing PEPC telah berhasil menuntaskan Financial Close untuk pendanaan Proyek JTB yang melibatkan delapan international lenders dan empat lenders nasional, dengan nilai pendanaan sebesar US$ 1,85 miliar.

“Ini merupakan project financing pertama di lingkungan anak perusahaan hulu Pertamina. PEPC memiliki misi mengelola sektor hulu migas sekaligus meningkatkan keekonomian proyek dan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham,” kata Jamsaton.

Hal tersebut mengukuhkan peran PEPC sebagai pengelola aset hulu Pertamina yang dikelola dengan standar kelas dunia dan cukup bankable di mata institusi keuangan insternasional.

Proyek JTB merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dan telah ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). Proyek dengan kapasitas produksi sales gas sebesar 192 MMSCFD tersebut nantinya akan dialirkan melalui Pipa transmisi Gresik-Semarang. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), JTB diharapkan dapat memberikan multiplier effect, khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.(RI)