JAKARTA – PT Pertamina EP Cepu (PEPC) menegaskan tidak ada penambahan biaya pengerjaan proyek gas Jambaran Tiung Biru (JTB), meskipun berbagai penyesuian rintangan serta penyesuian untuk mensiasati kondisi di tengah pandemi Covid-19 dilakukan manajemen dalam beberapa bulan terakhir.

Jamsaton Nababan, Direktur Pertamina EP Cepu, mengatakan realisasi belanja modal yang dianggarkan perusahaan dalam proyek JTB masih sesuai dengan rencana. “Sampai dengan per hari ini tidak ada pembengkakan biaya capex akibat pandemi Covid-19,” kata Jamsaton kepada Dunia Energi, Selasa (9/6).

Jamsaton menuturkan hingga kini PEPC telah menggelontorkan total sekitar 50% dari keseluruhan anggaran proyek yang disiapkan perusahaan. “Spending sudah 50% dari capex untuk biaya processing plant, drilling, early civil, land aquisition, biaya project management team, dan lainnya,” ujar dia.

Proyek JTB juga merupakan proyek strategis nasional (PSN) dengan total nilai investasi US$1,53 miliar, terdiri dari pengerjaan FEED (Front End Engineering Design), Land Acquisition (Pengadaan Tanah), Kontrak EPC Early Civil Works, Kontrak EPC GPF serta Drilling (Pemboran Sumur). Sementara nilai kontrak EPC GPF (Konsorsium Rekind-JGC-JGC Indonesia) adalah sebesar US$983 juta.

Disisi lain, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) meningkatkan pengawasan terhadap pengerjaan proyek JTB untuk menghindari keterlambatan proyek yang mana tanda-tandanya sudah mulai terlihat.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas,  menuturkan ada potensi pengerjaan proyek JTB tidak bisa dipercepat seperti yang pernah ditargetkan sebelumnya.

Menurut Julius, hal tersebut disebabkan berbagai hal misalnya keterbatasan mobilisasi personil atau pekerja, dan juga beberapa peralatan yang di-supply dari negara lain yang ternyata sedang memberlakukan aturan lockdown, akibat pandemi covid-19 sehingga turut berpengaruh terhadap proyek.

SKK Migas masih berharap PEPC sudah siapkan berbagai strategi untuk mengejar berbagai ketertinggalan dalam pengerjaan proyek sehingga bisa onstream di waktu yang sudah ditetapkan.

“Tentu saja dengan berbagai strategi nanti kami lihat lebih jauh secara kontraktualnya seperti. Laporan minggu ini sudah ada gap sekita 5% antara realisasi terhadap rencana. Kita tetap usahakan the best effort untuk bisa segera on track lagi,” kata Julius.

Jambaran Tiung Biru akan menghasilkan produksi rata‐rata raw gas sebesar 315 juta kaki kubik (MMSCFD) yang disalurkan melalui pipa transmisi Gresik‐Semarang yang saat ini dalam proses persiapan uji coba oleh PT Pertamina Gas (Pertagas). Optimasi desain melalui perubahan teknologi pada unit GPF menghasilkan potensi tambahan produksi hingga 20 MMSCFD, sehingga terdapat peningkatan produksi penjualan sales gas dari 172 MMSCFD menjadi 192 MMSCFD.(RI)