JAKARTA – Kondisi stok Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya BBM bersubsidi dinilai harus mendapatkan perhatian serius. Tidak hanya dari pemerintah, tapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi milenial atau anak muda. Mia Krishna Anggaraini, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Penunjang Bisnis PT Pertamina Patra Niaga (PPN), mengatakan generasi milenial mempunyai peran kunci untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang BBM bersubsidi.

“Penggunaan BBM subsidi sudah melebihi kuota yang ada. Kuota Pertalite 23,05 juta killoliter (KL) hingga Mei 2022 realisasi Pertalite sudah melebihi kuota sebesar 23%. Kuota solar 14,91 juta KL hingga Mei 2022 realisasinya sudah melebihi sebesar 11%,” kata Mia di depan komunitas Energi Milenial Indonesia Raya (EMIR) di Jakarta, belum lama ini.

Meski demikian, pemerintah hingga kini belum melakukan penyesuaian terhadap harga BBM ditengah melambungnya harga minyak dunia. Hal itu dilakukan untuk bisa menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang sedang berjuang bangkit dari pandemi Covid-19.

“Tambahan anggaran subsidi dilakukan untuk mendukung kelancaran operasional penyediaan dan distribusi BBM serta LPG nasional oleh Pertamina serta melindungi daya beli masyarakat,” kata Mia.

Pertamina sendiri terus menggenjot edukasi penggunaan BBM untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui media sosial Pertamina, influencer, tv commercial, Youtube, dan digital promo yang memberikan tawaran diskon-diskon yang menggiurkan.

Dalam rangka menghadapi kondisi ketahanan energi saat ini, Presiden Energi Milenial Indonesia Raya (EMIR) Moh Khanif Nasukha mengajak anak-anak muda untuk lebih memperhatikan permasalahan energi nasional.

“Generasi milenial harus mampu berperan aktif dan solutif dalam menyikapi problematika energi nasional, lebih khusus terkait dengan kenaikan harga minyak dunia yang melonjak tinggi yang berpengaruh terhadap kenaikan harga BBM di dalam negeri yang di susul harga bahan pokok yang ikut naik,” kata Mia.

Presiden Joko Widodo dalam acara doa dan zikir kebangsaan Peringatan HUT ke-77 RI di halaman Istana Merdeka pada Senin, 1 Agustus 2022 mengatakan, negara kesulitan untuk menanggung subsidi BBM yang sangat besar.

“Perlu kita ingat subsidi terhadap BBM sudah terlalu besar dari Rp170 triliun sekarang sudah Rp502 triliun, negara mana pun tidak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu. Tapi alhamdulilah kita sampai saat ini masih kuat, ini yang perlu kita syukuri,” ujar Jokowi.

Menurut Presiden, subsidi BBM yang begitu besar ini tak lepas dari kondisi dunia yang mengalami musibah beruntun. Pertama, karena pandemi Covid-19 selama sekitar 2,5 tahun yang berdampak terhadap pelemahan ekonomi dunia. Selanjutnya, sebelum perekonomian kembali normal terjadi perang antara Ukraina dengan Rusia. Perang ini ikut mendorong kenaikan harga sejumlah komoditas di dunia.

Jokowi juga menyebutkan bahwa APBN bisa saja tak lagi bisa menanggung beban subsidi. Jika itu terjadi, menurut Presiden, kenaikan harga BBM kemungkinan dapat terjadi sebagaimana kondisi di sejumlah negara.

“Kita masih Rp 7.650 per liter. Karena apa, disubsidi oleh APBN. Ini kita masih kuat dan berdoa supaya APBN tetap kuat memberi subsidi,” ujar Jokowi pada Kamis, 7 Juli 2022.

Moeldoko, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) mengatakan, selama ini pemerintah telah bekerja keras agar masyarakat tidak terbebani dengan kenaikan harga-harga komoditas imbas dari ketidakpastian kondisi ekonomi global serta mengajak masyarakat untuk sadar dan berhemat dengan bijak dalam menggunakan BBM.

“Jadi, bapak ibu yang naik sepeda motor, itu negara mensubsidi Rp3,7 juta dalam satu tahun. Bagi yang naik mobil, negara menyubsidi Rp19,2 juta per tahun. Untuk itu, saya mohon kita berhemat dalam menggunakan BBM,” kata Moeldoko.(RI)