JAKARTA– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, perlu segera memberikan klarifikasi atau penjelasan transparan ke publik terkait pembubaran PT Pertamina Trading Limited (Petral) sejak 13 Mei 2015 dan penggantinya menjadi struktur Integrated Supply Chain (ISC). Defiyan Cori, Ketua Forum Ekonomi Konstitusi (FEK), mengatakan saat Petral dibubarkan, ada penegasan dari pejabat terkait bahwa Pertamina menghemat Rp250 miliar per hari akibat bubar atau hilangnya peran mafia migas dalam pengadaan migas selama ini di Pertamina.
Defiyan, yang dikenal sebagai ekonom konstitusi, mengatakan secara logika awam ada potensi keberhasilan penghematan luar biasa bagi Pertamina dan bangsa ini. Bahkan semestinya keuntungan Pertamina pada 2018 tidak hanya Rp5 triliun seperti disebut-sebut seorang pejabat di Kementerian BUMN. Hal itu karena penjelasan (mantan) Menteri ESDM Sudirman Said ketika itu transaksi impor minyak yang beredar tiap hari sebesar US$150 juta atau setara dengan Rp1,7 triliun per hari, setelah pembubaran Petral, Pertamina bisa menghemat sebesar US$22 juta dolar per hari. Artinya, jumlah penghematan Rp7,25 triliun per bulan atau sebesar Rp87 triliun per tahun. Dengan begitu, selama empat tahun pascapembubaran Petral seharusnya penghematan yang terjadi telah mencapai Rp348 triliun.
“Jika ini benar tentu saja dapat membantu keuangan negara terbebas dari utang luar negeri, mengatasi defisit APBN dan membuat harga BBM lebih layak bagi rakyat,” katanya.
Defiyan juga mempertanyakan, apakah pembubaran Petral membawa dampak kepada hilangnya atau paling tidak berkurangnya peran mafia di sekitar bisnis pengadaan migas Pertamina.
“Publik menunggu kejelasan atas perbedaan mekanisme pengadaan migas yang selama ini berjalan melalui mafia migas yang dituduhkan kepada Petral dan mekanisme pengganti Petral yang diperankan oleh struktur ISC. Termasuk di dalamnya, apakah ada perbedaan mekanismenya dan apakah ada perubahan jumlah para pemasok dalam daftar pengadaan migas di Pertamina,”katanya.
Defiyan juga menggarisbawahi bahwa pembubaran Petral seharusnya mampu menjawab efektivitas dan efisiensi serta pemberantasan mafia migas yang selama ini mengganggu harga dasar pembelian sebagai pembentuk Harga Pokok Penjualan (HPP) Pertamina dan harga jual ke konsumen atau masyarakat.
“Apakah ada penurunan harga jual BBM ke konsumen secara signifikan selama ini selain kebijakan BBM satu harga. Ini juga pertanyaan publik,” katanya seperti dikutip dari antaranews.com, Minggu (27/1).
Karena itu, Defiyan menegaskan, agar kecurigaan publik terhadap eksistensi ISC ini tak mengarah pada fitnah atas adanya mafia migas baru, maka sangat perlu Pertamina menjelaskan secara transparan.
“Ini juga langkah menjaga citra Pertamina dan nama baik Direktur Utama Pertamina baru yang baru menjabat selama kurang lebih empat bulan sejak ditunjuk melalui RUPS pada 29 Agustus 2018,” katanya. (RA)




Komentar Terbaru