JAKARTA – Negosiasi kerja sama pengembangan kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco kembali diperpanjang. Negosiasi seyogyanya berakhir pada September lalu,  namun hingga kini masih akan melanjutkan pembicaraan.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kata sepakat diantara kedua belah pihak belum tercapai. Namun akhirnya Pertamina dan Saudi Aramco setuju untuk melanjutkan negosiasi hingga 31 Oktober mendatang.

“Yang Kilang Cilacap, Joint Venture Design Agreement (JVDA) diperpanjang sampai 31 Oktober, karena valuasi masih berjalan,” kata Arcandra saat diskusi bersama media di Kementerian ESDM, Kamis (3/10).

Perpanjangan negosiasi ini tentu menambah rentetan kesepakatan pembahasan kerja sama kedua belah pihak yang tidak kunjung rampung.

Penandatanganan JVDA sendiri pertama kali dilakukan pada Desember 2016, dua tahun setelah penetapan Saudi Aramco sebagai mitra pada 2014.

JVDA ini harusnya berakhir pada Desember tahun lalu, namun kemudian diperpanjang enam bulan hingga Juni ini. Namun kata sepakat masih belum juga tercapai. Dimediasi oleh pemerintah kedua pihak akhirnya kembali perpanjang negoasiasi sampai September 2019.

Poin utama dalam negosiasi tersebut adalah terkait nilai valuasi aset eksisting yang telah tersedia di Kilang Cilacap. Pertamina berkeinginan untuk menjadikan aset eksisting sebagai bagian dari penyertaan modal saat pembentukan perusahaan patungan Joint Venture (JV) yang akan melakukan pengembangan kilang Cilacap.

Pertamina sempat menyodorkan nilai valuasi berdasarkan hasil perhitungan Pertamina, nilai tersebut langsung ditolak Saudi Aramco. Akhirnya negosiasi kembali dilakukan dan mengambil solusi untuk menunjuk pihak independen untuk melakukan perhitungan valuasi. PWC pun ditunjuk sebagai konsultan untuk melakukan penilaian valuasi, namun Aramco ternyata masih belum sepakat dengan nilai yang disodorkan konsultan independen.

“Penyiapan data dan lain-lain, untuk menghitung angka keekonomiannya,” kata Arcandra.

Pada proyek Kilang Cilacap Pertamina memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Pembagian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan kedua perusahaan dalam head of agreement yang ditandatangani akhir 2015.

Revitalisasi Kilang Cilacap akan meningkatkan kapasitas produksi kilang hingga 400 ribu barel per hari (bph), dari kapasitas saat ini sebesar 358 ribu bph. Meskipun dari sisi volume tidak terlalu besar peningkatannya, tapi kompleksitas produksi kilang akan semakin meningkat tajam dengan standar NCI menjadi 9,4 meningkat pesat dari sebelumnya yang hanya 4.(RI)