BONTANG – Belasan ibu-ibu usia 35-55 tahun terlihat duduk bersama, mereka sibuk membersihkan dan memotong aneka macam daun. Para ibu tersebut bukan hendak memasak, melainkan membuat pola di atas kain batik. Tehnik tersebut dinamakan eco print yaitu teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang, dan sebagainya.

Tidak hanya pola yang dibuat dari bahan alami, pewarna untuk kain pun menggunakan pewarna alami dari alam. Pada hari itu, ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Matahari pada program CSR Kampoeng Batik Ecoprint, belajar membuat warna – warna baru. Sebelumnya, para ibu membuat warna hijau, kuning dan coklat dari serbuk kayu secang, daun jati dan daun jajar. Batik dengan warna warna alami itu dijual dengan merek Batik Daon Jajar.

Pelatihan Botanical Eco Print yang diikuti ibu-ibu itu diadakan di Workshop Daon Jajar, Kelurahan Guntung, Kota Bontang pada 25-27 Oktober 2021. Kelompok Matahari belajar membuat warna-warna baru yaitu biru, hitam dan warna-warna pastel. Warna biru dibuat dari tanaman indigofera, warna hitam dihasilkan dari kayu jelawe dan teh hijau, sedangkan warna-warna pastel diperoleh dari serbuk kayu ulin.
Cara membuatnya, tanaman yang akan digunakan sebagai pewarna direbus dan dibiarkan mendidih sampai airnya menyusut setengah, lalu didinginkan. Setelah air pewarna dingin, kain dimasukkan ke air pewarna sampai warnanya merata lalu direndam. Setelah itu kain ditiriskan/diperas, kemudian dikeringkan.

Dalam pelatihan kali ini, Kelompok Matahari yang merupakan mitra binaan PT Pertamina Gas (Pertagas) mendapat sharing knowledge dari Fira, salah satu artisan ecoprint dari Yogyakarta.

“Kami disini sharing ilmu. Saya melihat inisiatif ibu-ibu untuk memanfaatkan limbah serbuk kayu ulin dan kulit kayu mangrove merupakan suatu keunikan dari produk Daon Jajar Ecoprint yang harapannya bisa dikembangkan menjadi nilai kearifan lokal khas Bontang,” ujar Fira.

Batik Daon Jajar termasuk dalam 9 ikon batik lokal khas Bontang dan satu-satunya yang berkonsep ramah lingkungan. Eviana, Wakil Ketua Kelompok Matahari menyampaikan rasa syukurnya atas pembinaan dan dukungan yang telah dberikan Pertagas selama ini.

“Pertagas telah mendampingi kami selama 4 tahun. Kami diberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, bukan hanya teknik eco print tapi juga teknik penjualan dan pemasaran. Para ibu sekarang menjadi lebih produktif karena dapat berjualan secara online tanpa harus meninggalkan peran kami sebai ibu rumah tangga,” ungkap Eviana sambil tersenyum.

Pada kesempatan terpisah, Elok Riani Ariza, Manager Communication Relations dan CSR Pertagas, menyampaikan, kemampuan dan keahlian mitra binaan perlu ditingkatkan setiap tahun agar mampu bertahan menghadapi tantangan zaman.

“Program CSR kami di seluruh wilayah operasi tidak hanya memberdayakan masyarakat sekitar namun juga berupaya mengembangkan apa yang sudah ada,” kata Elok, Jumat, (5/11).

Elok meambahkan pelatihan adalah salah satu hal yang rutin dilakukan untuk upskill tiap anggota kelompok. Tujuannya adalah program CSR yang berkelanjutan dan ibu-ibu Kelompok Matahari nantinya mampu menjadi entitas yang mandiri.(RA)