JAKARTA – PT Pertamina Gas (Pertagas) menargetkan pembangunan pipa baru di Blok Rokan selesai pada Agustus saat kontrak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) berakhir. Penggantian pipa untuk menjaga agar kegiatan operasi di Blok Rokan tidak terganggu pasca beralihnya pengelola ke PT Pertamina (Persero).

Pertamina telah menunjuk anak usahanya sekaligus subholding gas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk mengerjakan konstruksi penggantian pipa hilir tersebut. Selanjutnya, PGN telah menunjuk Pertagas sebagai pelaksana kegiatan.

Wiko Migantoro Presiden Direktur Pertagas mengatakan, Pertagas kini tengah melakukan desain rinci atau Front End Engineering Design/FEED) proyek pipa Blok Rokan. Berdasarkan rencana yang sudah disusun, proyek tersebut akan selesai sebelum Pertamina mulai mengelola blok Rokan pada 2021.

“Targetnya pipa rampung pada Agustus 2021,” kata Wiko di Jakarta, akhir pekan lalu.

Pipa yang akan dibangun Pertagas merupakan salah satu fasilitas vital di Blok Rokan, yakni pipa yang digunakan untuk mengalirkan minyak hasil produksi Blok Rokan. Pipa ini menghubungkan beberapa lapangan, yakni Minas-Duri-Dumai dan Batam-Bangko-Dumai. Penggantian pipa diperlukan sebelum Blok Rokan beralih ke Pertamina lantaran pipa eksisting berpotensi tidak berfungsi.

Pipa ini vital untuk menjaga keberlangsungan produksi di Rokan. Berdasarkan data SKK Migas, hingga akhir April lalu, realisasi produksi Blok Rokan tercatat 194 ribu barel per hari (bph), melebihi target 190 ribu bph. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan lifting sepanjang 2018 yang mencapai 209.466 bph. Lifting Blok Rokan terus menurun, padahal pada 2017 lalu, lifting blok migas di Riau itu mencapai 223 ribu bph.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, sebelumnya mengakui agar operasional Pertamina optimal setelah alih kelola, penggantian pipa harus dikerjakan saat masa transisi pengelolaan dan sehingga sudah selesai dibangun pada tahun 2021 sebelum Pertamina benar-benar resmi mengelola.

“Itu (penggantian pipa) adalah sesuatu yang kami butuhkan. Pipa sekarang termasuk yang harus diganti,” ujar Dharmawan.Disisi lain, Wahyu Budiarto Senior Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia Unit,  justru sempat menyatakan bahwa rencana penggantian pipa minyak ini telah sejak lama diusulkan pihaknya kepada pemerintah dengan skema cost recovery dan tak kunjung ada kesepakatan.

Penggantian pipa harus segera dimulai lantaran bakal memakan waktu cukup lama, yakni sekitar 3-5 tahun. Pasalnya, pipa berukuran 30 inchi ini panjangnya mencapai sekitar 200 kilometer (km). Selain itu, ketika pipa diganti, pengoperasian pipa eksisting tidak boleh berhenti.

Namun, Chevron tetap menyampaikan ke pemerintah bahwa penggantian pipa ini menjadi prioritas mengingat usianya sudah sekitar 60 tahun.

“Saat ada pengumuman Pertamina ambil alih, kami langsung kasih alarm ke mereka bahwa ini penting sekali (penggantian pipa). Jangan sampai terlambat membangunnya,” kata Wahyu.(RI)