JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) ditargetkan bisa memasok listrik hingga 7.000 megawatt (MW) pada 2025. Untuk mewujudkan target tersebut perlu sinergi antar stakeholder.

“Target sudah sangat nyata, sekarang hanya merapatkan barisan. Tanpa sinergi maka target 7.000 MW itu hanya tinggal target saja,” kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Lebih lanjut Rida menjelaskan dari beberapa jenis energi baru terbarukan (EBT), sumber energi dari panas bumi sudah terpetahkan secara rinci. Dengan begitu akan lebih mudah untuk mengawal proses pengembangannya.

“Saat ini EBT berasal dari beberapa jenis, panas bumi yang lebih duluan terpetahkan mulai dari masalah sampai solusi,” tukasnya.

Adapun terobosan yang telah dipersiapkan untuk mempercepat pencapaian target tersebut di antaranya melalui penugasan pada badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak pada sektor panas buni.

“Kita juga telah mempersiapkan mekanisme penugasan survei pendahuluan plus eksplorasi,” kata Rida.

Pemerintah mencatat realisasi investasi di sektor energi baru terbarukan pada tiga bulan pertama 2016 ini sebesar US$ 320 juta. Angka ini mencapai 23,7% dari target investasi tahun ini US$ 1,37 miliar. Dari realisasi investasi pada tiga bulan pertama, sebesar US$ 73 juta atau 7,6% dari target US$ 960 juta merupakan investasi pengembangan panas bumi.

Sisanya, investasi di sektor aneka energi baru terbarukan seperti surya, angin, dan air sebesar US$ 2,4 juta setara dengan 2,4% dari target US$ 100 juta. Serta investasi di sektor bioenergi mencapai US$ 250 juta atau mencapai 80,65% dari target US$ 310 juta.(RI)