JAKARTA – Sektor energi dan sumber daya mineral selama ini identik dengan sektor “laki-laki”. Tetapi stigma itu, lambat laun mulai sirna seiring banyaknya kaum perempuan yang bekerja di sektor ESDM. Bahkan sudah banyak kaum hawa yang menduduki posisi puncak di periusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor energi dan sumber daya mineral. Sehingga saat ini, industri ekstarktif, bukan lagi kendala bagi kaum perempuan untuk berkarir di sektor ini. Meski memang jumlah perempuan masih sedikit dibandingkan kaum laki-laki. Porsi perempuan yang bekerja di industri ekstraktif perlu terus ditingkatkan. Minimal 25 persen dari jumlah keseluruhan karyawan perusahaan.

Adalah Karen Agustiawan, Mantan Direktur Utama Pertamina yang kini menjadi Advisory Boad Pereira International yang mengusulkan agar porsi karyawan perempuan di perusahaan yang bergerak di sektor energi dan Sumber Daya Mineral bisa mencapai 25 persen. Hal tersebut menurut Karen karena laki-laki dan perempuan sesungguhnya memiliki kesempatan yang sama untuk berkarier di industri ekstraktif. Pernyataan Karen tersebut disampaikan dalam diskusi daring yang diselenggarakan Dunia Energi dengan tajuk “What Holding You Back From Working in the Energy and Mineral Sector?”, Selasa (20/4).

Selain Karen, diskusi dalam rangka menyambut Hari Kartini 21 April 2021 menghadirkan pembicara lain yakni Meidawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi 2018-2020, Shinta Damayanti, Kepala Divisi Perencanaan Eksplorasi SKK Migas, Dr Rita Susilawati, Peneliti Madya Bidang Batubara, Pusat Sumber daya Minerba dan panas Bumi Kementerian ESDM serta Farah Dewi, Corporate Secretary Pertamina Hulu Indonesia.

Seperti Karen, Meidawati, Shinta Damayanti, Rita Susilawati serta Farah Dewi menyadari bahwa porsi perempuan yang bekerja di sektor ESDM masih sedikit dibandingkan kaum adam, karena itu, jumlah perempuan yang berkarier di sektor ini perlu terus ditambah di semua level, baik di sektor hulu, midstream ataupun di sektor hilir demikian juga di bidang-bidang yang terkait erat dengan sektor ESDM, penelitian dan sebagainya.

“The more the better, wanita itu multi tasking. Kalau sudah diberikan kepercayaan di posisi tertentu, mereka mampu menjalankan dengan baik, tidak kalah dengan laki-laki. Mungkin 25 persen lah (porsi perempuan),” demikian jelas Karen soal proporsi ideal perempuan di sektor ESDM.

“Kemampuan perempuan itu bisa melebihi laki-laki, dalam memenej pekerjaan sehingga lebih baik. Karena itu, perlu lebih banyak porsi perempuan di industri migas. Saat kejadian YY, ada satu perempuan di PHE yang bekerja selama 12 jam sehari dan sempat 7 kali memimpin penanganan insiden YY. Saat di PHE, saya sudah melihat talenta-talenta itu,” demikian cerita Meidawaty.

Karena itu, ia mneyarankan kepada karyawan perempuan yang bekerja di sektor ESDM untuk tidak berhenti belajar dan terus mengasah kemampuan, sehingga ketika mereka diberikan kepercayaan untuk memimpin sebuah proyek atau posisi tertentu, mereka bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik atas dasar profesionalitas.

Shinta Damayanti juga menceritakan hal serupa. Menurut dia, kemampuan perempuan di sektor ekstraktif, tidak kalah dengan kaum laki-laki, bahkan pada beberapa hal justru lebih baik. Shinta mengaku, sejak awal berkarier di industri migas, ia mengaku tidak ada perlakuan khusus sebagai perempuan, ia diperlakukan sama seperti karyawan lainnya.

“Ini adalah passion saya, pilihan saya untuk berkarier di industri migas. Saya akan melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan dan saya tidak membutuhkan perlakukan khusus karena saya perempuan. Saya bekerja atas dasar profesionalitas,” ungkap Shinta.

Rita Suslitiawaty, peneliti yang mengaku sudah jatuh cinta pada batu bara ini mengaku peluang perempuan untuk berkarier di sektor ESDM sangat terbuka, pada semua poisisi dan bidang Perempuan juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang. Bahkan dibandingkan lelaki, kaum perempuan memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh kaum adam.

“(Kelebihan) wanita itu, mampu membangun networking lebih cepat, dapat bekerja multitasking, pandai mengatur masalah financial, detail dan telaten. Jadi kita kadang bisa menyelesaikan pekerjaan sambil ngulek sambal,’ katanya sambil tertawa.

Farah Dewi juga punya pandangan serupa. Menurut dia, sektor energi sudah terbukti bisa dihandle oleh wanita . Dan dalam melaksanakan pekerjaan, tidak ada keistimewaan yang diberikan, semua sama. Memang bekerja di sektor energi, tentu menghadapi resiko yang lebih besar, baik pekerjaan di offshore maupun onshore. Namun terbukti, risiko-risiko itu bisa ditanggulangi dengan baik dan sudah banyak wanita yang mampu menghadapi tantangan saat di lapangan. Menurut dia, wanita adalah mahluk Tuhan yang multitalenta. Selain menyelesaikan pekerjaan kantor, tanggungjawab sebagai ibu dan istri juga tetap dijalankan dengan baik. Menurut dia, itu adalah anugerah besar dari Tuhan.

“Kunci keberhasilan wanita di sektor energi adalah open mindset, kompeten, tidak berhenti belajar. Kesuksesan juga milik wanita, memiliki ragam peran yang dimilikinya dan tahu kapan peran yang satu lebih utama dibanding peran lainnya atau first thing first sehingga tercipta keseimbangan yang dinamis,” demikian ungkap Farah Dewi. (AP)