WILAYAH Tabalong dikenal dengan Bumi Saraba Kawa yang berada di tengah pulau Kalimantan bagian timur. Berdasarkan data pemerintah daerah setempat, kekurangan gizi menjadi salah satu masalah serius di wilayah Tabalong. Untuk itu diinisasi program budidaya perikanan untuk tingkatkan gizi masyakarat. Gayung bersambut, masyarakat Tabalong juga memiliki minat terhadap budidaya ikan. Akan tetapi, budidaya ikan di Tabalong masih belum maksimal khususnya di Kecamatan Murung Pudak dikarenakan masyarakat Murung Pudak masih minim ketrampilan budidaya ikan. Hal ini dapat dilihat dari terbengkalainya kurang lebih 100 kolam tanah pemberian Dinas Perikanan. Selain ketrampilan yang masih rendah, masalah lain yang dihadapi adalah terbatasnya akses masyarakat ke kolam yang jauh dari pemukiman dan modal budidaya yang tidak murah.

Dony Indrawan, Manager Communication Relation&CID Pertamina Hulu Indonesia (PHI), mengungkapkan permasalahan yang ada di Murung Pundak, Tabalong ini mendapat perhatian dari perusahaan. Untuk itu diinisasi program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif, yang dikenal dengan nama program Peri Sakti. Program yang dimulai pada akhir tahun 2019 ini diawali oleh empat orang anggota dari masyarakat anggota kelompok rentan di Desa Kapar, Kecamatan Murung Pudak. Masyarakat Desa Kapar sehari-hari bekerja sebagai buruh di kebun karet namun penghasilan dari karet belum mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Hal ini juga yang turut menjadi sebab kolam tanah mereka menjadi terbengkalai terkendala modal budidaya,” kata Dony di Jakarta (9/6).

Dia menjelaskan, Peri Sakti tidak serta merta lahir begitu saja. serangkaian proses antara lain survei, need assessment, pemetaan sosial, dan diskusi terfokus melibatkan para pemangku kepentingan yaitu pemerintah Desa Kapar, Pemerintah Kecamatan Murung Pudak, Dinas Perikanan, hingga perusahaan lain untuk berkolaborasi menjalankan program. Program ini juga turut mendukung program pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Tabalong untuk memasyarakatkan gerakan makan ikan.

“Kami percaya bahwa masyarakat yang berkembang dan mandiri akan dapat mendukung hubungan yang harmonis serta keberlangsungan operasi dan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk menjalankan program-program pengembangan masyarakat atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung pencapaian tujuan-tujuan pengembangan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), seperti dalam program Peri Sakti ini,” jelas Dony.

Peri Sakti bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam budidaya ikan dengan mengajak masyarakat untuk mencoba inovasi baru sistem budidaya ikan yaitu sistem bioflok. Inovasi ini menerapkan rekayasa lingkungan dengan mengandalkan oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme untuk mengubah senyawa organik dan anorganik menjadi massa lumpur kaya nutrisi. Massa lumpur ini disebut dengan ‘flok’ yang mampu memperbaiki kualitas air dan menjadi nutrisi alami bagi ikan.

Menurut Dony, sistem ini dinilai lebih efektif dan efisien dari segi biaya, dan waktu budidaya. Modal awal budidaya ikan dengan kolam tanah konvensional sebesar Rp 12.000.000 sedangkan dengan sistem bioflok jauh lebih terjangkau hanya membutuhkan Rp 6000.000. Ikan hasil budidaya sistem bioflok bisa dipanen setelah 3 bulan tebar benih, sebulan lebih cepat dibandingkan kolam tanah konvensional. “Rasa ikan hasil panen pun lebih gurih dan tidak berbau tanah,” ungkap Dony.

Dampak multi aspek dari program Peri Sakti yang menginjak tahun ke 4 sudah dirasakan baik oleh penerima manfaat langsung maupun tidak langsung. Dari aspek ekonomi, panen yang dihasilkan telah mencapai 120 kilo di semester pertama tahun 2022 dengan akumulasi hasil panen dari awal pembentukan program sebanyak 480 kg. Selain dampak ekonomi, sistem bioflok juga menghasilkan limbah sebesar 31.500 liter limbah air bioflok setiap tahunnya yang dimanfaatkan kembali untuk nutrisi lahan pertanian. “Sehingga sistem ini dalam prosesnya menerapkan zero waste management yang berdampak positif bagi lingkungan sesuai dengan komitmen kami untuk menjalankan operasi migas yang selamat, handal, patuh dan ramah lingkungan,” pungkasnya. (RI)