JAKARTA – Seiring dengan rencana pemerintah melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dari 9% pada 2020 menjadi 23% pada 2025, beberapa pembangkit listrik baru akan diupayakan dapat beroperasi dengan biaya rendah dan menggunakan sumber daya lokal asli.

Handry Satriago, CEO GE Indonesia, mengungkapkan sebagai salah satu pelaku industri pada sektor energi yang menyediakan hampir 30% dari kebutuhan listrik saat ini, GE berupaya memberikan dukungan bagi rencana masa depan energi Indonesia.

“Memperkenalkan solusi-solusi yang kompetitif dan fleksibel untuk menstabilkan jaringan listrik serta keseimbangkan energi terbarukan berselang adalah fokus yang lainnya. Kami berharap dapat berperan aktif dalam transisi ini,” ujar Handry, dalam diskusi virtual, Kamis (29/4).

Dalam hal energi terbarukan, GE telah menghasilkan lebih dari 100 Megawatt (MW) dari pembangkit listrik tenaga panas bumi dan air yang dibangun di Indonesia. GE juga menyediakan teknologi yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga panas bumi Karaha dan tenaga air Jatiluhur di Jawa Barat, dan telah mendukung pembangkit listrik tenaga panas bumi Lahendong selama lebih dari 20 tahun.

“GE telah membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas lebih dari 25 GW. Sebagian besar menggunakan tenaga gas, uap, dan energi-energi terbarukan lainnya,” ujar Handry.

Handry menyampaikan bahwa reputasi tersebut terus dijaga oleh GE melalui beragam proyek seperti Jawa 1, Tambak Lorok, dan proyek-proyek lainnya. Turbin gas HA merupakan salah satu terobosan teknologi dari GE.

GE terus melakukan riset dan pengembangan teknologi hidrogen dan carbon capture, bermitra dengan Global Research Center GE untuk membantu lebih banyak pengurangan jejak karbon hingga mendekati nol pada penggunaan energi gas. GE juga melakukan beragam proyek percontohan dekarbonisasi dengan para pelanggan sepanjang 2021 dan 2022, baik untuk proyek-proyek berbasis bahan bakar hidrogen dan teknologi pemerangkapan.

GE Gas Power baru-baru ini juga mengumumkan keikut-sertaan pada Carbon Capture Coalition, sebuah kolaborasi lebih dari 80 perusahaan dan organisasi yang mendukung kebijakan ekonomis untuk penerapan carbon capture, mobilisasi, penggunaan, pemusnahan dan penyimpanan.

Cara GE lainnya untuk mendukung transformasi energi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia adalah dengan secara terus-menerus memperkenalkan beragam teknologi industri terdepan yang dapat diterapkan.

Som Shantanu, Regional Engineering Director GE Gas Power, menambahkan bahwa tidak ada sumber energi yang memadai jika digunakan secara mandiri. “Namun jika pemakaiannya digabungkan, sumber-sumber energi tersebut dapat mendukung proses dekarbonisasi pada kecepatan dan skala yang diperlukan untuk membantu mencapai tujuan iklim yang substansial,” ujar Som Shantanu.

Menurut Som Shantanu, GE berkomitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam kajian terbaru GE ‘Accelerated Growth of Renewables and Gas Power Can Rapidly Change the Trajectory of Climate Change”, merekomendasikan energi terbarukan yang didukung oleh energi berbasis gas, serta konversi batu bara menjadi gas yang berkelanjutan akan memberikan dampak signifikan untuk mengurangi emisi karbon dalam jangka pendek. Kajian tersebut juga menyarankan untuk dilakukanya beragam langkah pengoperasian pembangkit listrik dengan emisi nol atau rendah karbon melalui energi gas seperti hidrogen dan teknologi-teknologi carbon capture.

“Energi gas berperan penting, bagian penyeimbang dari solusi untuk Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya, seiring dengan percepatan upaya-upaya menyeimbangkan energi campuran pada jangka menengah dan panjang di negara-negara tersebut,” kata Som Shantanu.(RA)