JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yang menjadi holding BUMN tambang menjajaki kerja sama dengan industri logam China. Hal ini untuk mempercepat implementasi hilirisasi tambang.

Budi G. Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan pertemuan dengan sejumlah Chief Executive Officer (CEO) industri logam di China untuk mendengarkan penjelasan tentang industri logam dan teknologinya.

“Serta menjajaki berbagai peluang kerja sama yang sesuai dengan rencana strategis kami dan dapat membantu kami mempercepat terealisasinya hilirisasi tambang untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Budi, Kamis (16/5).

Budi bersama Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Arie Arioetedjo, Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan Arviyan Arifin, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mendampingi Menteri BUMN Rini M. Soemarno melakukan kunjungan tiga hari ke China untuk bertemu dengan sejumlah CEO industri logam China.

Di Beijing, rombongan bertemu dengan sejumlah CEO, antara lain CEO The Metallurgical Corporation Of China (MCC) untuk mempelajari peluang kerja sama dalam industri EPC dan/atau tambang kobalt/nikel; dan CEO Beijing Easpring Material Technology, mempelajari industri Electric Vehicle terutama dalam pembuatan Katoda.

Sementara di Inner Mongolia, rombongan menemui perusahaan coal gasification, Dalu Chemicals untuk mempelajari proses dan teknologi dalam coal gasification serta peluang kerja sama dengan Bukit Asam.

Kemudian di Shanghai, rombongan melakukan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan Huayou, perusahaan manufaktur cobalt chemical, termasuk manufaktur bahan energi baru lithium ion, pemrosesan bahan baru kobalt dan penambangan, benefisiasi dan peleburan kobalt dan tembaga; serta bertemu dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) Battery untuk mempelajari industri Electric Vehicle.

Menurut Rini, percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan. Semakin tinggi nilai tambah produk tambang, semakin besar manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat.

“Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak-pihak terkait,” kata Rini dalam keterangan tertulisnya.

Holding BUMN tambang melalui  Bukit Asam sebelumnya telah menandatangani Head of Agreement Hilirisasi Batubara dengan Pertamina, PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) untuk pembangunan proyek gasifikasi.

Melalui penandatanganan ini, batu bara dari Bukit Asam nantinya akan diubah melalui teknologi gasifikasi menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Teknologi gasifikasi ini memungkinkan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan Polypropylene sebagai bahan baku plastik.

Proyek hilirisasi lainnya yang juga dicanangkan adalah melalui PT Borneo Alumunia Indonesia, anak usaha patungan Inalum dan Antam, mencanangkan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat.

Proyek SGAR menjadi penghubung mata rantai industri dari hulu ke hilir yang terintegrasi, dari bauksit menjadi alumina, bahan baku aluminium dengan kapasitas awal satu juta ton alumina.(RA)