JAKARTA – Industri penunjang hulu migas dalam negeri makin menunjukkan kualitas sehingga sudah banyak kontrak terjalin dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Hal itu tentu jadi signal positif bagaimana industri hulu migas turut mendorong roda perekonomian nasional.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mencatat Nilai kontrak antara industri dalam negeri dengan para kontraktor jumlahnya terus meningkat setiap tahun.

Fatar Yani Abdurrahman, Wakil Kepala SKK Migas, menuturkan ilai kontribusi industri migas terhadap industri lain pada periode 2020-Juni 2022 mencapai Rp174,53 triliun. “Nilai kontrak tersebut jauh di atas nilai kontrak komoditas utama migas sendiri sepanjang 2020 sampai Juni 2022 sebesar Rp141,20 triliun,” kata Fatar disela konferensi pers di Jakarta, (18/7).

Selain itu, keterlibatan UMKM dalam keseluruhan nilai total kontrak industri migas hingga Juni 2022 mencapai Rp17,3 triliun atau sebesar 9,9% dengan TKDN 100%.

Untuk menggenjot peran industri dalam negeri terhadap pengembangan industri hulu migas, SKK Migas kembali menginisiasi Forum Kapasitas Nasional 2022 di Jakarta nanti akan diikuti oleh 28 operator KKKS, lebih dari 30 perusahaan pabrikan atau vendor lokal dan nasional, serta lebih dari 45 UMKM terpilih dari ribuan UMKM binaan KKKS di seluruh Indonesia.

Melalui Forum Kapnas yang akan digelar 27-28 Juli 2022, SKK Migas kata Fatar akan terus mendorong peran industri nasional maupun lokal di seluruh pelaksanaan aktivitas industri hulu migas di Indonesia. Oleh karena itu, SKK Migas berkepentingan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas para pelaku industri penunjangnya.

“Kami akan terus mendorong Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Seiring dengan itu, pada akhir bulan ini kami akan mengadakan Forum Kapnas yang merupakan kerja sama antara SKK Migas, Ditjen Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Forum tersebut akan menjadi show room bagi pemain-pemain dalam negeri untuk tunjukkan kemampuannya agar dapat diserap oleh industri hulu migas,” ujar Fatar.

Fatar memastikan bahwa kerja sama yang produktif di antara pelaku usaha lokal dan nasional sebagai penunjang mendorong penggunaan produk dalam negeri, serta meningkatkan capaian TKDN di industri hulu migas. Hingga 30 Juni 2022, realisasi TKDN industri hulu migas telah mencapai 63,3% enam persen melampaui target yang ditetapkan pemerintah pada tahun ini sebesar 57%.

Rudi Satwiko, Plt Deputi Pengendalian Pengadaan SKK Migas, menjelaskan KK Migas telah mempertemukan seluruh pemangku kepentingan industri hulu migas di masing-masing daerah dalam Pra Forum Kapnas 2022 tersebut. Sejumlah pejabat pemerintah daerah, pihak pabrikan dan vendor lokal, perbankan daerah, dan UMKM yang berhasil menggerakkan perekonomian lokal, turut menyemarakkan forum tersebut.

“Di sana muncul antusiasme, komitmen dan dukungan yang tinggi dari para pemangku kepentingan untuk mengembangkan kapasitas daerah sebagai dasar terbangunnya kapasitas nasional,” ujarnya.

Kemajuan industri dalam negeri bukan hanya teori atau sekedar target. Dalam catatakan SKK Migas ada beberapa perusahaan yang bahkan ternyata sudah mampu ekspor hasil produknya namun tidak banyak diketahui di dalam negeri.

Di Jabanusa, misalnya, terdapat pabrikan yang sukses membuat produk padat teknologi dan memenuhi kualifikasi standar KKKS. Salah satunya produk ball valve (katup bola) buatan PT Teknologi Rekayasa Katup (PT TRK), yang dipakai PT Pertamina Hulu Mahakam, British Petroleum, Medco, Mubadala, Pertagas, dan lainya.

“Di wilayah Sumbagut, tepatnya di Batam, ada PT Citra Tubindo yang punya spesialisasi memasok pipa OCTG (Oil Country Tubular Goods), yang (terdiri dari drill pipe, casing dan tubing pipe. Produknya memenuhi standar internasional dan sudah divalidasi korporasi migas dunia seperti Shell, Chevron, Eni, dan BP. Perusahaan ini mampu menembus ekspor ke Uganda dan Timur Tengah,” jelas Erwin Suryadi, Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas.

Kemudian ada perusahaan yang memiliki kemampuan spesifik, seperti PT OSCT yang dapat mengatasi tumpahan minyak lepas pantai. Perusahaan ini telah menangani lebih dari 60 kasus tumpahan minyak dan kimia di Indonesia serta beberapa negara lain. Pekerjanya 100 persen lokal. Sejumlah korporasi besar juga pernah menjadi kliennya, seperti Pertamina, ConocoPhillips, CNOOC, BP, Pelindo, Shell, dan HCML. Kantor pusat di Cikarang, dan punya pangkalan operasi di Malaysia, Thailand, India, dan Australia.

Contoh lainnya adalah PT ALP Petro Industry yang memproduksi pelumas ‘Eni’. Perusahaan ini merupakan unit alih teknologi Eni Petroli S.P.A. dari Italia, yang sekarang 100 persen Perusahaan Milik Dalam Negeri (PMDN). Pekerjanya 100%lokal. “Peralihan status dari joint venture menjadi PMDN punya arti besar terhadap pengembangan kapasitas nasional. Ada kepercayaan dari produsen pelumas global terhadap perusahaan lokal,” kata Erwin. (RI)